Ahad 06 Jan 2019 15:42 WIB

Seorang Turis Kanada Ditahan di Suriah

Perang brutal berkecamuk di Suriah sejak 2011.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Dwi Murdaningsih
Perempuan Bosnia memegang poster berisi kecaman perang di Aleppo. Ribuan warga berkumpul di Sarajevo dalam aksi solidaritas bagi korban sipil Aleppo, Suriah, Rabu (14/12).
Foto: AP Photo/Amel Emric
Perempuan Bosnia memegang poster berisi kecaman perang di Aleppo. Ribuan warga berkumpul di Sarajevo dalam aksi solidaritas bagi korban sipil Aleppo, Suriah, Rabu (14/12).

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS - Seorang turis asal Kanada, Kristian Lee Baxter (44), dilaporkan telah ditahan di Suriah pada Sabtu (5/1). Media setempat mengatakan, pria itu sedang melakukan perjalanan ke sebuah desa yang dekat dengan perbatasan Suriah-Lebanon di daerah-daerah yang dikontrol oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Media Kanada melaporkan, belum ada informasi dan tanda-tanda keberadaan warga asli British Columbia itu sejak 1 Desember lalu. Ia tidak melakukan kontak sejak tiba di sebuah desa di Suriah, tempat saudara iparnya lahir.

AS tak Tetapkan Batas Waktu Penarikan Pasukan dari Suriah

Baxter sering disebut sebagai seorang 'petualang' oleh orang-orang yang terdekatnya. Dia tetap memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Suriah meskipun perang brutal berkecamuk di sana sejak 2011.

Juru bicara Global Affairs Canada mengkonfirmasi, seorang warga negara Kanada telah ditahan di Suriah. Namun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut atas alasan kerahasiaan.

Sejak perang Suriah pecah, Ottawa telah mendesak warga Kanada untuk menghindari bepergian ke negara itu. Konflik telah menewaskan lebih dari 360 ribu orang dan menelantarkan jutaan orang.

"Situasi keamanan di seluruh Suriah secara signifikan membatasi kemampuan Pemerintah Kanada untuk memberikan bantuan konsuler," kata juru bicara tersebut, dikutip Al Arabiya.

Layanan konsuler akan diberikan kepada kerabat dan individu yang bersangkutan secepat mungkin. Kanada diketahui telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Damaskus sejak konflik dimulai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement