REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON— Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron membahas rencana penarikan tentara AS dari Suriah saat pembicaraan telepon pada Senin (7/1).
"Kedua pemimpin membahas situasi di Suriah, termasuk komitmen Amerika Serikat dan Prancis untuk menumpas ISIS serta rencana penarikan pasukan AS secara solid, hati-hati, dan terkoordinasi dari Suriah," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
"Keduanya menegaskan kembali tidak akan menoleransi penggunaan lebih lanjut senjata kimia di Suriah," tambah pernyataan itu.
Presiden Trump bulan lalu mengatakan akan menarik kembali sekitar 2.000 personel AS dari Suriah, dengan menyebut bahwa mereka telah berhasil mencapai misi menaklukkan ISIS.
Langkahnya memicu kekhawatiran di antara pejabat Washington dan sekutu di luar negeri serta memicu pengunduran diri Menteri Pertahanan James Mattis.
YPG telah menjadi sekutu penting AS dalam perjuangan mereka melawan ISIS, dukungan yang telah lama menimbulkan ketegangan antara Washington dan Ankara.
Turki menganggap YPG sebagai cabang kelompok terlarang Partai Pekerja Kurdi (Partiya Karkeren Kurdistane/PKK), yang telah melancarkan pemberontakan selama tiga dekade di bagian tenggara Turki yang sebagian besar didominasi masyarakat Kurdi.