Rabu 09 Jan 2019 11:46 WIB

45 Warga Gaza Ditangkap, Diduga Bantu Agen Israel

Israel kerap memakai mata-mata untuk memantau Gaza.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Teguh Firmansyah
Israel secara periodik masih terus melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza
Israel secara periodik masih terus melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Palestina yang bermarkas di Gaza menyatakan, terjadi penangkapan terhadap 45 warga Gaza pada Selasa (8/1) waktu setempat.

Puluhan warga itu dituduh membantu agen Israel menyusup ke Khan Younis di Gaza sebelah tenggara pada November 2018 lalu.

Baca Juga

Pernyataan Kemendagri yang dikelola Hamas itu disampaikan melalui sebuah video yang dirilis pada Selasa (8/1) waktu setempat. Otoritas di Gaza beberapa tahun terakhir telah menangkap mata-mata yang bekerja untuk Israel.

"Selama beberapa tahun terakhir, kami telah berhasil menangkap banyak mata-mata, dan akhirnya nasib mereka adalah tiang gantungan," kata Juru Bicara Kemendagri di Gaza, Iyad al-Bazm, kepada saluran TV Al-Aqsa yang dikelola Hamas, dilansir Anadolu Agency, Rabu (9/1).

Iyad menambahkan, dalam okupasi yang terjadi di Gaza, Israel kerap memasang mata-mata untuk membantu mereka melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina di Gaza.

Israel sudah beberapa kali melakukan operasi militer rahasia di Gaza. Pada 11 November 2018, tujuh warga Palestina dan seorang tentara Israel tewas dalam infiltrasi rahasia Israel di Khan Younis.

Insiden ini diikuti oleh naiknya eskalasi militer Israel di Gaza. Saat itu aksi saling serang pun terjadi antara Israel dan Hamas yang didukung sekutunya Jihad Islam.

Baca juga, Di Balik Operasi Penyusupan Tentara.

Menurut seorang mantan pejabat intelijen Israel yang mengetahui informasi tersebut, tujuan dari misi pada November lalu adalah pengamatan, bukan pembunuhan. Misi semacam ini, pada umumnya bertujuan untuk memasang alat mata-mata dan diminimkan terjadi kontak senjata.

Juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengonfirmasi, misi tersebut bukan untuk membunuh pemimpin Hamas.

Aksi ini adalah misi rutin untuk memitigasi ancaman dari luar yang disebut Israel sebagai organisasi teroris. "Tujuan operasi ini bukan untuk menculik atau membunuh pemimpin Hamas," ujar Conricus seperti dilansir New York Times.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement