Rabu 09 Jan 2019 16:01 WIB

Sopir Taksi Online Habisi Nyawa Enam Penumpangnya

Dalton dinyatakan sehat dari sisi kejiwaan.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi Penembakan
Foto: Pixabay
Ilustrasi Penembakan

REPUBLIKA.CO.ID, MICHIGAN -- Seorang pengemudi taksi online Uber, Jason Dalton (48) mengaku bersalah atas penembakan terhadap delapan orang asing di tiga lokasi berbeda di Kota Kalamazoo, Michigan, Amerika Serikat.

Peristiwa yang terjadi pada 20 Februari 2016 itu mengakibatkan enam orang di antaranya meninggal karena luka yang dialami. Korban diketahui merupakan penumpang tersangka.

Seperti dilansir dari The Week yang mengutip NBC, pada Senin (7/1) dalam persidangan hakim memutuskan Dalton bersalah atas enam dakwaan pembunuhan, dua dakwaan percobaan pembunuhan dan delapan dakwaan kejahatan menggunakan senjata api.

Awalnya, pengacara Dalton, Eusebio Solis berencana untuk mengajukan vonis tidak bersalah atas dasar gangguan jiwa. Tetapi pada Jumat (4/1), seorang ahli independen melakukan pemeriksaan dan menyimpulkan bahwa Dalton tidak memenuhi kriteria hukum yang disyaratkan.

Pada Senin, Solis mengatakan, Dalton telah memutuskan untuk mengubah pembelaannya yang bertentangan dengan nasihat yang ia berikan.

"Saya sedikit terkejut, karena selama diskusi kami dia bermaksud pergi ke pengadilan. Saya pikir, beberapa hari terakhir dia dipengaruhi oleh keluarganya," ujar Solis.

Jaksa Wilayah Kalamazoo, Jeff Getting mengatakan hal ini tidak biasa bagi seorang terdakwa mau mengaku bersalah atas pembunuhan berencana tingkat pertama, yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat. Tetapi ia mengaku lega kasus ini dapat terselesaikan

“Ini adalah hasil kasus terbaik kami. Ini adalah yang terbaik untuk kasus ini dan tentunya yang terbaik untuk para korban kami,” ujarnya.

Baca juga, AS Kembali Diteror Aksi Penembakan.

Dalton berasal dari Kota Cooper, Michigan. Awalnya ia mengatakan kepada penyelidik bahwa ia percaya aplikasi taksi online itu mengendalikan pikirannya pada saat melakukan penembakan.

Ketika melakukan aksi kejahatannya selama lima jam, Dalton tetap terus bekerja seperti biasa. Keesokan paginya, ketika polisi mulai menyisir kota untuk mencari laki-laki bersenjata itu, dia tetap berada di belakang kemudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement