REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ivanka Trump akan membantu mengurus proses pemilihan kandidat presiden Bank Dunia. Seorang pejabat Gedung Putih membantah laporan Financial Times yang mengatakan Ivanka akan menjadi salah satu kandidatnya.
"Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney telah meminta Ivanka Trump untuk membantu mengelola proses nominasi kandidat karena dia telah bekerja erat dengan kepemimpinan Bank Dunia selama dua tahun terakhir," kata pejabat itu, yang berbicara secara anonim.
"Laporan mengenai dia yang turut dipertimbangkan (sebagai kandidat), itu salah," kata dia menambahkan.
Juru bicara Departemen Keuangan AS belum dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.
Ivanka Trump telah bekerja dengan Bank Dunia dan presidennya, Jim Yong Kim, selama dua tahun terakhir. Mereka bersama-sama meluncurkan dana kewirausahaan perempuan senilai 1,6 miliar dolar AS, dengan 13 negara donor lainnya untuk mengumpulkan modal bagi pengusaha perempuan di negara-negara berkembang.
AS, yang memiliki kepentingan suara dalam Bank Dunia, secara tradisional memilih pemimpin lembaga itu sejak mulai beroperasi pada 1946.
Kim mengumumkan pengunduran dirinya yang mengejutkan pekan lalu untuk bergabung dengan dana ekuitas swasta Global Infrastructure Partners pada 1 Februari. Ia mundur lebih dari tiga tahun sebelum masa jabatannya berakhir pada 2022.
Bank Dunia mengatakan dewan eksekutifnya akan mulai menerima nama-nama kandidat mulai 7 Februari. Para kandidat harus berkomitmen untuk mengimplementasikan tujuan pembangunan 2030 dan reformasi di bawah rencana modal 2018.
"Kandidat harus memiliki rekam jejak kepemimpinan, dengan pengalaman mengelola organisasi besar dengan paparan internasional, keterampilan diplomatik dan komunikasi, serta komitmen yang kuat dan penghargaan atas kerja sama multilateral," kata Bank Dunia.
Setiap kandidat membutuhkan persetujuan dewan eksekutif dan kandidat alternatif yang diajukan oleh negara lain. Pada 2012, pencalonan Kim tidak berhasil ditantang oleh kandidat dari Nigeria dan Kolombia.