REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Pemerintah Australia mengingatkan warga untuk menghindari aktivitas di luar ruangan serta minum banyak air. Hal itu karena suhu panas di beberapa wilayah negara itu diperkirakan berlangsung lama, bahkan naik dalam beberapa hari ke depan.
Beberapa wilayah di New South Wales, negara bagian terpadat Australia, dan sebuah wilayah di Western Australia mengalami suhu udara terendah 33 derajat Celcius semalam. Menurut Badan Meteorologi, suhu udara maksimum diperkirakan akan melonjak di atas 45 derajat Celcius pada Rabu di sebagian wilayah New South Wales, South Australia, dan Victoria.
"Hindari aktivitas fisik, tetap terhidrasi - penting untuk saat ini," kata Kepala Dinas Kesehatan Lingkungan New South Wales Richard Broome.
Bagi sekitar 80 persen dari 25 juta penduduk Australia yang tinggal di pesisir, musim panas berarti bersantai di pantai dan menyaksikan kriket. Suhu panas yang tidak wajar memperparah kondisi ekonomi di sektor pertanian negara itu, yang sudah setahun dilanda kekeringan parah.
"Cuacanya tidak bersahabat untuk pertanian musim panas seperti sorgum," kata Ekonom Agribisnis Bank Nasional Australia Phin Ziebell.
"Banyak petani di pesisir timur masih berupaya bangkit dengan pertanian gandum musim dingin, yang baru-baru ini dilanda kekeringan."
Australia, pengekspor gandum terbesar keempat di dunia, tahun ini mengalami penurunan produksi terendah dalam 10 tahun karena cuaca panas membuat layu tanaman. Kekeringan padang rumput yang tidak wajar juga memicu risiko kebakaran lahan.
Para petugas layanan darurat sebelumnya berupaya memadamkan lebih dari 100 kebakaran di wilayah pesisir timur laut negara itu. Hal itu setelah cuaca panas yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun lalu memicu serangkaian kebakaran.