REPUBLIKA.CO.ID,PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan akan mempertahankan keberadaan pasukan militernya di Irak dan Suriah pada 2019. Paris tak mengikuti langkah Amerika Serikat (AS) yang telah memutuskan menarik seluruh pasukanny dari Damaskus.
Macron mengungkapkan, kehadiran militer Prancis di Irak dan Suriah masih dibutuhkan. Sebab ia yakin milisi ISIS belum sepenuhnya dikalahkan. Sepanjang 2019, militer Prancis, kata Macron akan menggelar operasi di wilayah ISIS.
"Pengumuman penarikan (pasukan) sekutu Amerika seharusnya tidak membelokkan kami dari tujuan strategis kami untuk menumpas ISIS," ujar Macron ketika berpidato di sebuah pangkalan udara di Toulouse pada Kamis (17/1), dikutip laman Anadolu Agency.
Macron tak menjelaskan secara detail operasi apa saja yang akan dilakukan militer Prancis di Suriah. Namun, dia mengindikasikan tak akan menarik pasukannya sebelum ISIS benar-benar dihabisi di negara tersebut.
Macron adalah salah satu pemimpin dari negara sekutu AS di Suriah yang menyayangkan keputusan Presiden Donald Trump menarik seluruh pasukannya dari Suriah. Dia bahkan sempat mengingatkan Trump tentang makna persekutuan.
"Menjadi sekutu berarti bertempur bahu membahu. Itu hal yang penting bagi seorang kepala negara dan kepala militer. Seorang sekutu harus bisa diandalkan," ujar Macron pada akhir Desember tahun lalu.
Trump memutuskan menarik seluruh pasukan AS dari Suriah. Ia berpendapat kehadiran militer AS tidak lagi dibutuhkan karena ISIS telah dikalahkan.
Kendati demikian, AS tak menetapkan tenggat waktu untuk menarik seluruh pasukannya dari Suriah. Hal itu diduga berkaitan dengan banyaknya pihak yang mengkritik keputusan Trump.
Baca: Pemerintahan Macet, Trump Batal Kirim Delegasi ke Davos