REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Oposisi pemerintahan Perdana Menteri Theresa May, yakni pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn menolak tawaran pembicaraan lintas partai dalam kesepakatan Brexit yang baru. Hal itu karena May tetap tidak akan menghapus kemungkinan Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan.
"(May) tampaknya bersiap untuk mengirim negara ini ke tepi jurang," kata Corbyn, Kamis (17/1).
Setelah Parlemen Inggris menolak kesepakatan yang ia ajukan, May mengatakan akan mengajak pemimpin oposisi dan anggota parlemen untuk merumuskan rencana baru. Tapi, Corbyn mengatakan May tidak menunjukkan akan mencabut 'garis merah', yang mana termasuk meninggalkan pasar tunggal dan serikat pabean Uni Eropa.
"Buang garis merah itu dan mulai serius tentang proposal untuk masa depan," kata Corbyn kepada May.
Parlemen Inggris akan menggelar pemungutan suara tentang Brexit lagi pada 29 Januari mendatang. Pemungutan suara tersebut dilakukan menyusul diperpanjangnya perdebatan tentang rencana pemerintah dan kemungkinan amandemen.
Kepada anggota parlemen, Ketua House of Common Andrea Leadsom mengatakan tanggal tersebut sudah diputuskan. Dalam satu hari itu akan digelar debat dan pemungutan suara.
May berencana akan kembali ke parlemen pada Senin mendatang untuk memaparkan kesepakatan Brexit yang sudah direvisi. Ia akan mengumumkan 'rencana B' setelah melakukan pertemuan dengan partai-partai oposisi di beberapa hari ke depan dengan tujuan untuk meraih konsensus tentang kesepakatan Brexit.