REPUBLIKA.CO.ID, BELFAST -- Sebuah bom mobil mengguncang kota Londonderry, Irlandia Utara, Sabtu (19/1) malam waktu setempat. Belum ada laporan tentang korban luka atau tewas akibat insiden tersebut.
The Police Service in Northern Ireland (PSNI) mengatakan, mobil meledak di luar gedung pengadilan di pusat Bishop Street. Sejumlah pengunjung bar yang lokasinya berdekatan dengan tempat terjadinya ledakan segera dievakuasi.
Dalam keterangan yang diunggah PSNI melalui akun Twitter resminya, disebutkan belum ada korban luka akibat kejadian tersebut. "Sejauh yang kami tahu tidak ada yang terluka," kata PSNI.
PSNI meminta masyarakat dan warga di sana menunggu dengan sabar hasil penyelidikan. Sebab polisi tengah mencari tahu apakah mobil itu meledak akibat bom atau disebabkan hal lainnya.
Menteri Irlandia Utara Karen Bradley mengaku prihatin atas insiden ledakan di Londonderry. "Saya prihatin dengan laporan yang datang dari Londonderry dan saya terus diinformasikan oleh PSNI. Saya mendesak siapa pun, dengan informasi apa pun, untuk menghubungi polisi atau Crimestoppers," kata Bradley, dikutip laman the Guardian.
Londonderry atau lebih dikenal sebagai Derry oleh masyarakat Irlandia, adalah sebuah kota yang memiliki sejarah cukup kelam akibat maraknya kekerasan sektarian atau kerap disebut The Troubles.
Derrry menjadi saksi bisu ketika Resimen Parasut elite Inggris menembak 27 orang yang berpartisipasi dalam demonstrasi hak-hak sipil pada 1972. Sebanyak 14 orang kemudian tewas.
Kejadian itu menyebabkan Irlandia Utara terjerumus dalam konflik. Terdapat dua kubu, yakni pemerintah dan paramiliter pro-Inggris dengan kelompok nasionalis dan republik Irlandia.
The Irish Republican Army (IRA) dan the Ulster Defence Association (UDA) adalah dua kelompok teror bersenjata yang meneror Irlandia Utara selama The Troubles. Sebanyak 3.500 orang tewas selama The Troubles berlangsung. Perjanjian Belfast tahun 1998 mengakhiri konflik yang beringas tersebut.