REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meradang setelah usulan komprominya tentang kebijakan imigrasi guna mengakhiri penutupan parsial pemerintah atau shutdown ditolak Partai Demokrat. Dia menuding Demokrat bermain politik guna mendulang simpati masyarakat AS menjelang pilpres 2020.
Trump melayangkan kritik keras kepada Ketua House of Representative Nancy Pelosi, yang berasal dari Demokrat. "Nancy Pelosi dan beberapa Demokrat menolak tawaran saya kemarin bahkan sebelum saya bangun untuk berbicara. Mereka tidak melihat kejahatan dan narkoba, mereka melihat tahun 2020 (Pilpres), yang tidak akan mereka menangkan," kata Trump melalui akun Twitter pribadinya, Ahad (20/1), dikutip laman the Independent.
"Nancy Pelosi telah berperilaku sangat tidak rasional dan telah melangkah terlalu jauh ke kiri sehingga dia sekarang resmi menjadi seorang Demokrat Radikal," ujar Trump.
Dia pun menegaskan tidak akan memberikan amnesti kepada imigran ilegal. "Tidak, amnesti bukan bagian dari penawaran saya, ini merupakan perpajangan tiga tahun dari DACA (Deferred Action for Childhood Arrivals). Amnesti hanya akan digunakan untuk kesepakatan yang jauh lebih besar, baik untul imigrasi atau hal lain," katanya.
Dalam cicitannya, Trump menyiratkan ancaman kepada Pelosi bahwa dia mampu mengusir 11 juta imigran ilegal dari AS. "Tidak akan ada dorongan besar untuk memindahkan lebih dari 11 juta orang yang ada di sini secara ilegal, tapi hati-hati Nancy," ucapnya.
Pelosi pun segera merespons cicitan Trump. "800 ribu orang Amerika pergi tanpa bayaran. Buka kembali pemerintah, biarkan pegawai mendapatkan gaji mereka dan kemudian kita bisa membahas bagaimana kita bisa bersama-sama melindungi perbatasan," ujar Pelosi.
Trump telah mengusulkan kesepakatan imigrasi guna mengakhiri shutdown pada Sabtu pekan lalu. Dalam pidatonya di Gedung Putih, Trump menawarkan tiga tahun perlindungan bagi imigran muda tak berdokumen atau dikenal sebagai "Dreamers" serta imigran pemegang status dilindungi sementara (TPS).
Namun Demokrat, yang menguasai House of Representative menolak usulan Trump. Nancy Pelosi mengungkapkan tawaran Trump tak dapat diterima karena tidak mewakili upaya dan iktikad baik untuk mengembalikan kepastian bagi kehidupan masyarakat. Pelosi pun menyebut bahwa usulan Trump tidak mungkin mendapatkan suara yang dibutuhkan untuk disetujui House atau Senat.
Para Dreamers, yang mayoritas anak-anak muda Latin, dilindungi dari deportasi di bawah program DACA yang diluncurkan pada era pemerintahan Barack Obama, tepatnya pada 2012. Program itu memberikan izin kerja bagi sekitar 700 ribu imigran ilegal. Namun, tak tersedia cara bagi mereka untuk mendapatkan status kewarganegaraan.
Pada September 2017, pemerintahan Trump menyatakan akan membatalkan DACA. Namun, hal itu tetap berlaku di bawah perintah pengadilan.
Shutdown yang terjadi pada era pemerintahan Trump merupakan yang terlama dalam sejarah AS. Penutupan parsial pemerintah telah berlangsung selama sebulan.
Sekitar 800 ribu pekerja federal diliburkan tanpa mendapat bayaran selama shutdown. Sementara, mereka yang berdinas di lembaga-lembaga vital tetap bekerja tanpa memperoleh upah.
Shutdown, yang dimulai sejak 22 Desember tahun lalu, terjadi karena House of Representative tak mengabulkan anggaran yang diajukan pemerintahan Trump untuk membangun tembok perbatasan AS-Meksiko. Trump meminta dana sebesar 5,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 80 triliun.
Kendati telah ditolak karena dinilai sebagai pemborosan anggaran, Trump tetap berupaya mendapatkan dana tersebut. Ia mengklaim tembok perbatasan dibutuhkan guna mencegah masuknya imigran gelap dan penyelundupan narkoba.