REPUBLIKA.CO.ID, DAKAR -- Sebanyak 10 anggota pasukan penjaga perdamaian PBB tewas dalam sebuah serangan di Mali Utara tepatnya di Aguelhok, wilayah Kidal. Serangan yang terjadi pada Ahad (20/1) waktu setempat juga menyebabkan 25 pasukan PBB lainnya mengalami luka-luka.
Pasukan PBB tengah menjalani misi Minusma, sebuah misi stabilisasi terpadu di Mali saat mendapat serangan tersebut.
“Sekjen PBB menyerukan pihak berwenang di Mali serta kelompok bersenjata untuk menandatangani perjanjian damai, untuk tidak berusaha mengidentifikasi pelaku serangan sehingga mereka dapat dibawa ke pengadilan secepat mungkin,” pernyataan PBB seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (21/1).
Mali menjadi salah satu negara termiskin dunia yang terpuruk setelah munculnya sejumlah kelompok yang melakukan teror. Pasukan perdamaian Prancis, Mali, dan PBB pun melakukan operasi kontraterorisme di negara tersebut. Ketegangan meletus di Mali sejak 2012 setelah kudeta yang gagal dan pemberontakan Touareg yang pada akhirnya memungkinkan kelompok-kelompok militan yang terkait al-Qaeda untuk mengambil alih bagian utara negara itu.
Pada 2015, pemerintah dan kelompok bersenjata menandatangani kesepakatan damai. Kendati demikian perselisihan politik dan masyarakat terus memicu ketegangan di Mali Utara.