REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Polisi Sudan menembakkan gas air mata kepada ratusan massa demonstran yang memblokir jalan dan membakar ban pada Selasa (22/1). Aksi demonstran itu seturut protes kepada pemerintahan Omar Al-Bashir yang sudah berlangsung selama 30 tahun.
Selain memblokir jalan dan membakar ban, para demonstran juga meneriakkan slogan anti-pemerintah di sekitaran wilayah Ibu Kota Khartoum. Protes itu sudah berlangsung selama kurang lebih satu bulan.
Aksi demonstrasi itu pada awalnya untuk memprotes krisis ekonomi Sudan yang kian parah. Namun, belakangan meningkat untuk meminta pemerintahan Omar Al-Bashir diakhiri.
“Turun. Itu saja,” teriak para demonstran seperti dilansir dari Reuters, Rabu (23/1). Kepulan asap dari ban-ban yang dibakar meredupkan langit ibu kota. Belum lagi, ranting-ranting pohon yang dibakar di tengah jalan oleh para demonstran membuat situasi semakin panas.
Sementara emosi demonstran terus mencuat, polisi pun tidak segan-segan menembakkan gas air mata untuk mengurai masa. Para saksi mata mengatakan, selain menembak gas air mata, polisi juga mengejar para pengunjuk rasa ke jalan-jalan ibu kota.
“Kami akan terus memprotes sehingga kami dapat memenuhi tujuan,” kata seorang ibu rumah tangga berusia 36 tahun kepada Reuters.
Berdasarkan data resmi yang dikeluarkan Pemerintah Sudan, korban tewas sejak demonstrasi dimulai mencapai 26 orang. Namun, kelompok hak asasi manusia setempat menyatakan sedikitnya 40 nyawa telah melayang akibat bentrok antara polisi dan pengunjuk rasa.