REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, Selasa (22/1). Pertemuan tersebut turut membahas perjanjian damai kedua negara setelah berkonflik di Perang Dunia II. Peningkatan hubungan bilateral menjadi fokus dalam pembicaraan mereka.
"Sangat menyenangkan bahwa pertemuan kami telah menjadi reguler, ini memungkin kami untuk membahas masalah yang berkaitan dengan membina hubungan bilateral dan situasi di kawasan," kata Putin, dikutip laman kantor berita Rusia TASS.
Putin dan Abe sempat melakukan pembicaraan tertutup selama tiga jam. Pada kesempatan itu, keduanya dilaporkan membahas prospek pengembangan kerja sama bilateral di bidang politik, ekonomi, dan kemanusiaan. Mereka pun saling bertukar pandangan tentang isu-isu mendesak dalam agenda internasional serta regional.
Putin menawarkan pengembangan koneksi ekonomi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai perdagangan antara Rusia dan Jepang menjadi 30 miliar dolar AS pada tahun-tahun mendatang.
Abe menyebut pertukaran wisata antara kedua negara telah meningkat secara intensif. Pada 2018, jumlah kunjungan wisatawan dari dan ke masing-masing negara mencapai 100 ribu orang. Jumlah itu hendak ditingkatkan menjadi 400 ribu orang pada 2023.
Selain membahas peningkatan kerja sama bilateral, Abe dan Putin turut membahas tentang perjanjian damai kedua negara. Rusia dan Jepang diketahui belum menandatangani perjanjian damai pasca-usainya Perang Dunia II.
Hubungan Rusia dan Jepang pun sempat memanas akibat mempersengketakan kepulauan Kuril Selatan. Jepang mengenal kepulauan tersebut sebagai Wilayah Utara.
Setelah Perang Dunia II, Kepulauan Kuril Selatan menjadi bagian dari Uni Soviet. Namun Jepang menentang kepemilikan Iturup, Kunashir, Kepulauan Shikotan, dan Kepulauan Habomai. Berdasarkan Deklarasi Bersama yang disepekati pada 1956, Uni Soviet setuju untuk menyerahkan Kepulauan Shikotan dan Habomai.
Namun pada 1960, Jepang menandatangani perjanjian keamanan dengan AS. Hal itu membuat Soviet membatalkan niatnya untuk menyerahkan Shikotan dan Habomai kepada Jepang.