REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS –- Amerika Serikat akan memastikan pendapatan minyak Venezuela akan diberikan pada pemimpin oposisi Juan Guaido yang mengakui dirinya sebagai presiden sementara. Kebijakan ini sekaligus memastikan pemotongan pendapatan Maduro yang semakin terisolasi. Pejabat tinggi AS menyampaikan rencana ini pada Kamis (24/1).
Meski kurang detail, pengumuman mengisyaratkan bahwa Washington bersedia melangkah lebih jauh dari langkah-langkah diplomatik tradisional. Mereka juga akan berusaha menguras uang dari pemerintahan Maduro yang telah berjuang di bawah kehancuran ekonomi.
Seperti dilansir di Reuters, Jumat (25/1), kondisi ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Langkah AS secara signifikan akan memperkuat posisi Guaido, seorang pemimpin oposisi dan kepala kongres yang sudah bersumpah menjabat sebagai kepala negara sementara sejak Rabu (23/1).
Penasihat keamanan nasional AS John Bolton mengatakan, fokus keputusan AS adalah memastikan bahwa rezim Maduro tidak mendapatkan sumber pendapatan.
"Kami sudah berpikir secara matang dengan pengakuan kami terhadap Juan Guaido sebagai presiden sementara konstitusional Venezuela bahwa pendapatan itu harusnya diserahkan kepada pemerintah yang sah," ucap Bolton di hadapan wartawan di Gedung Putih.
Baca juga, Mengapa AS Terus Ngotot Ingin Jatuhkan Maduro?
Bolton menambahkan, proses pengambilan keputusan ini tidaklah mudah. Para pejabat masih mempelajari bagaimana kebijakan pengalihan pendapatan minyak ke Guaido dapat berfungsi.
Kementerian Informasi Venezuela belum memberikan komentar mengenai hal ini. Begitupun dengan Guaido. Pendapatan minyak sangat penting bagi ekonomi Venezuela yang sudah lemah. Mengalihkan uang itu dari Maduro seperti yang sedang dilakukan AS akan menjadi pukulan serius.
Secara rata-rata, Venezuela mengekspor sekitar 500ribu barel minyak mentah per hari ke AS pada 2018. Sementara itu, pengapalan ke AS menyumbang 75 persen dari uang tunai yang didapatkan Venezuela untuk pengiriman minyak mentah.
Tantangan keras
Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara dengan restu dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump dan pemerintahan konservatif Amerika Latin. Pernyataan ini mendorong Maduro, pemimpin Venezuela sejak 2013, untuk memutuskan hubungan dengan AS.
Sumpah Guadio tercatat sebagai tantangan paling berani dari oposisi terhadap Partai Sosialis yang sudah berkuasa lama. Seruan ini sekaligus mendesak perubahan di Venezuela yang sudah dilanda hiperinflasi, peningkatan kekurangan gizi dan konflik politik.
Guadio yang berusia 35 tahun mengklaim, beberapa kepala negara sudah menyatakan dukungannya untuk memimpin Venezuela. Di antaranya Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez.
"Saya baru saja menerima telefon dari Pedro Sanchez dan mampu menggambarkan perjuangan yang kita pimpin bersama dengan masyarakat Venezuela, untuk mencapai pemerintahan transisi dan mengadakan pemilihan bebas," tulis Guadio melalui akun Twitter-nya.