Jumat 25 Jan 2019 08:30 WIB

Rusia Nyatakan Dukungan untuk Kepresidenan Maduro

Trump akui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Indira Rezkisari
Nicolas Maduro
Foto: AP/Boris Vergara
Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan dukungannya kepada Presiden terpilih Venezuela Nicolas Maduro sebagai 'otoritas pemerintahan' yang sah di tengah krisis politik internal negara. Dukungan tersebut ditegaskan kembali kepada Maduro langsung melalui sambungan telepon.

"Presiden Rusia mendukung otoritas Venezuela yang sah dalam konteks krisis politik internal yang terjadi akibat dipicu dari luar," sebut pernyataan Kremlin merujuk pada AS dan beberapa negara yang menyebut pemimpin oposisi di Venezuela adalah presiden interim atau sementara, dilansir dari Anadolu Agency, Jumat (25/1).

Dalam kesempatan itu, Putih menegaskan, bahwa campur tangan yang dilakukan oleh pihak eksternal itu sangat merusak dan melanggar norma-norma dasar hukum internasional. Terlebih sebetulnya solusi atas krisis politik internal di sana bisa diselesaikan dalam kerangka prinsip konstitusional Venezuela.

Sementara itu Maduro mengucapkan terima kasih pada Putin atas dukungannya dan memberitahu mengenai situasi dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Kedua pemimpin, baik Maduro dan Putih sepakat untuk terus melanjutkan kerja sama yang telah dijalin.

Rabu (23/1), Presiden AS Donald Trump mengakui pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai presiden sementara negara itu. Hal ini kemungkinan meningkatkan pertikaian yang sedang berlangsung antara AS dan Maduro.

Maduro lantas membalas manuver AS itu dengan memutus hubungan diplomatik dengan Washington dan memberi waktu 72 jam bagi diplomat AS untuk meninggalkan Venezuela. Di sisi lain, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga memihak pada Maduro, dan mengatakan kegagalan menghormati hasil pemilu menunjukkan pola pikir yang totaliter.

Maduro terpilih kembali menjadi presiden untuk periode kedua selama enam tahun dan ia dilantik pada 10 Januari 2019 lalu. Namun oposisi negara itu menganggap kemenangan Maduro dipenuhi kecurangan dan penipuan dari asing, lalu memboikot dan berupaya mendelegitimasi hasil pemilu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement