REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Cina, Turki, dan Suriah bergabung dengan Rusia mengkritik Amerika Serikat (AS) karena mengakui pemimpinan oposisi Venezuela, Juan Guaido sebagai presiden sementara negara Amerika Selatan itu.
Negara-negara tersebut mengeluarkan pernyataan menyatakan dukungan untuk Presiden Venezuela Nicolas Maduro yang tengah terisolasi bahkan oleh negara tetangganya sendiri. Maduro disumpah jabatan dua periodenya pada awal bulan ini. Beberapa negara membantah legitimasinya sebab bangsanya sejak lama menghadapi krisis ekonomi yang parah.
"Kami memperingatkan semua pihak, bukan hanya AS, terkait isu Venezuela ini," ujar Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov seperti dikutip CNN edisi Jumat (25/1).
Ryabkov mengatakan, AS telah campur tangan urusan negara lain. Menurutnya, ada tanda-tanda bahaya dari sesuatu yang terjadi di sepanjang isu ini.
"Maksud saya, itu hanya menuangkan gas ke api. Perebutan kekuatan militer akan menjadi bencana besar. Itu akan menjadi pukulan besar bagi sistem internasional. Kami menghadapi skenario yang lebih jauh," Ryabkov menambahkan.
Sejauh ini, belasan negara lain telah mengikuti Amerika Serikat dalam sikap terhadap Guaido, termasuk Inggris, Kanada, Brasil, Kosta Rika, Argentina, Peru, Kolombia, Ekuador, Chili dan Spanyol, serta Organisasi negara-negara Amerika.
Namun, sekutu Rusia telah dengan tegas menolak mendukung Guaido yang berusia 35 tahun. Rusia menetapkan perjuangan untuk masa depan Venezuela baik di dalam maupun di luar negeri.
Sebelumnya, pada Rabu (23/1), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, bahwa Turki mendukung Maduro. Pernyataan itu disampaikan Erdogan kepada Maduro melalui sambungan telepon. Juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalim juga menegaskan, Turki akan mempertahankan sikap dan prinsipnya terhadap semua upaya kudeta.
Sementara itu, Cina juga menyatakan dukungannya terhadap Maduro. Cina menyebut pemerintah berhak mempertahankan kemerdekaan dan stabilitas kedaulatan nasional.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying mengatakan, Cina berharap semua partai-partai di Venezuela menghormati sistem konstitusi dan menyelesaikan permasalahan melalui dialog.
"Kami berharap Venezuela dan AS bisa saling menghormati dan tidak saling campur tangan dalam urusan internal masing-masing negara," ujar Hua.
"Semua pihak menentang keras intervensi militer di Venezuela. Sanksi eksternal dan intervensi biasanya hanya memperumit situasi," ujarnya.
Suriah juga membalas sikap AS dalam pernyataan kementerian luar negerinya pada Kamis. Pemerintah Presiden Bashar al-Assad mengutuk AS yang selalu campur tangan terang-terangan dalam urusan negara lain. Hal itu dinilai sebagai pelanggaran mencolok semua norma dan hukum internasional serta serangan tak sopan terhadap kedaulatan Venezuela.
"Pemerintah Suriah mendukung rakyat dan kepemimpinan Venezuela dalam mempertahankan kedaulatan mereka dan menggagalkan konspirasi berperang," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Suriah.
Maduro pun memutuskan hubungan diplomatik dengan AS dan menutup Kedubes dan Konsulatnya di AS. Sementara staf kedubes AS di Caracas satu per satu pulang ke AS.