Jumat 25 Jan 2019 15:13 WIB

Terancam Dibunuh, Politisi Brasil Mengundurkan Diri

Kekerasan dan pembunuhan di Brasil dinilai memburuk.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Jair Bolsonaro memenangkan pemilihan presiden Brasil
Foto: AP Photo/Silvia Izquierdo, File
Jair Bolsonaro memenangkan pemilihan presiden Brasil

REPUBLIKA.CO.ID, BRASIL -- Anggota kongres di Brasil, Jean Wyllys mengundurkan diri dari jabatannya, karena ancaman pembunuhan. Dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada Partai Sosialis dan Liberty, Wyllys menjelaskan, ancaman tersebut membuat hidupnya tak tenang, bahkan saudara-saudara dan ibunya juga mendapatkan ancaman serupa.

Wyllys mengatakan kepada surat kabar Folha de S.Paulo, dia tidak hanya menerima ancaman pembunuhan. Namun, juga mengalami pencemaran nama baik di media sosial. Adapun, Wyllys berencana untuk pergi ke Eropa dan tidak akan kembali lagi ke Brasil.

"Saya tidak ingin mengorbankan diri, saya ingin menjaga diri saya agar tetap hidup," ujar Wyllys.

Selama dua tahun menjabat sebagai anggota Kongres, Wyllys telah memperjuangkan hak-hak minoritas seksual, diskriminasi agama, dan kekerasan terhadap perempuan. Wyllys menilai, tingkat kekerasan dan pembunuhan di Brasil semakin buruk pasca-terpilihnya presiden sayap kanan, Jair Bolsonaro. Adapun, Bolsonaro disebut kerap meremahkan kaum minoritas di negaranya.

"Tingkat kekerasan telah meningkat sejak dia (Bolsonaro) terpilih," ujar Wyllys.

Kantor kepresidenan Brasil menolak memberikan komentar. Presiden baru Brasil, Jair Bolsonaro, resmi dilantik pada Selasa 1 Januari 2019 dan menandakan peralihan dari kekuasaan sosialisme ke pemerintahan sayap kanan.

Beberapa kalangan menilai Bolsonaro adalah ancaman bagi demokrasi Brasil. Gaya bicara Bolsonaro yang blak-blakan dan sikapnya yang membela aturan hukum, mampu menarik simpati banyak kalangan yang menyalahkan kaum kiri atas terjadinya korupsi dan krisis ekonomi. Kemenangan Bolsonaro mencerminkan ketidakpuasan rakyat terhadap situasi politik, skandal korupsi, kemunduran ekonomi dan kejahatan di Brasil yang tidak mampu ditangani oleh pemerintahan sosialis.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement