Jumat 25 Jan 2019 21:57 WIB

Kehidupan Para Penderita Kusta di Vietnam Pascasembuh

Pada tahun 2017 di Vietnam ada 248 orang yang dirawat karena kusta.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Gita Amanda
Kusta
Foto: 7amlha.com
Kusta

REPUBLIKA.CO.ID, VIETNAM -- Tran Huu Hoa merasa takut, putus asa dan hampir bunuh diri setelah didiagnosis mengidap kusta pada tahun 1958. Saat itu, ia takut tidak akan pernah bisa bekerja atau menikah. Karena di zaman itu kusta benar-benar dijauhi oleh masyarakat Vietnam.

Namun, ia tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan menemukan kehidupan baru di sebuah rumah sakit khusus kusta, Van Mon. Hoa telah tinggal selama 61 tahun, di kompleks yang dikelilingi pagar tembok di utara ProvinsiThailand Binh, Vietnam Utara.

Di tempat itu pula, pertemuan Hoa dengan istrinya terjadi. Saat ini, Hoa bekerja sebagai ketua serikat pekerja dan menolong anak-anak yang membutuhkan.

"Pada waktu itu, ada sekitar dua ribu orang yang dirawat di sini, kebanyakan orang muda. Hal itu terasa menyenangkan karena kami memulai persatuan remaja," kata laki-laki berusia 80 tahun itu, sembari duduk di tempat tidur bersama istrinya Teo (54).

Berdasarkan data WHO, pada tahun 2017 di Vietnam ada 248 orang yang dirawat karena kusta. Jumlah itu terus menurun lebih dari setengahnya dibandingkan satu dekade sebelumnya. Saat ini hanya ada sekitar 190 pasien yang dirawat di rumah sakit kusta tertua di Vietnam Utara tersebut. Semuanya telah sembuh, tetapi hidup dengan keterbatasan (cacat) karena disebabkan oleh kusta.

Banyak yang berjalan menggunakan kaki palsu. Sementara itu, yang lainnya, seperti Hoa kehilangan jari. Beberapa juga mengalami kondisi yang sangat parah. Sehingga hanya bisa menghabiskan hari  dengan berbaring di tempat tidur, dan ditutupi selimut tebal untuk menjaga tubuh mereka tetap hangat.

Rumah sakit kusta Van Mon didirikan pada tahun 1900. Pada puncaknya, RS tersebut merawat hingga empat ribu pasien per tahun. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah pasien terus berkurang. Kasus-kasus kusta di Vietnam menurun berkat adanya peningkatan kesehatan, kebersihan, dan kesadaran yang lebih besar terhadap penyakit ini. Karena jumlah penderitanya terus menurun, demikian pula pasien yang tinggal di rumah sakit Van Mon.

Hari-hari yang berliku diselingi para penghuni dengan makan bersama. Beberapa di antaranya menghabiskan waktu dengan beribadah di kapel atau pagoda yang terdapat di area RS. Sementara sebagian besar lainnya memilih menonton TV atau mendengarkan radio.

"Saya tidak memiliki siapa pun untuk diandalkan, saya sangat kesepian, jadi saya hanya mengikuti Tuhan. Ketika saya mati saya akan mengikuti Tuhan juga," kata salah satu penghuni RS, Pham Van Bac (83) yang telah berada di tempat itu sejak 1960, seperti dikutip Channel News Asia, Jumat (25/1).

Putrinya tidak lagi mengunjungi dan cucu-cucunya hanya datang menjenguk Van Bac setahun sekali. Ia mengungkapkan, dirinya hanya memiliki sedikit harapan dalam hampir setiap hari.

Namun, banyak pula orang seperti Van Bac yang memilih untuk tetap tinggal di RS. Mereka takut akan menjadi beban bagi keluarga mereka, atau kehilangan perhatian dan upah kecil yang disediakan pihak RS yang dikelola oleh pemerintah itu.

"Ini merupakan sumber dorongan dan motivasi bagi mereka agar dapat memiliki kehidupan yang lebih bahagia dan lebih baik," kata Wakil Direktur RS Van Mon, Nguyen Thi Thai, tempat yang juga merawat kedua orang tuanya karena kusta.

Meskipun stigma terhadap penderita kusta sebagian besar telah memudar, tetapi masih banyak yang memilih untuk menetap di Van Mon. "Ini rumah kedua saya, saya akan tinggal di sini sampai mati," kata Hoa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement