Senin 28 Jan 2019 08:22 WIB

Lawan Dunia, Maduro Pamer Kekuatan Militer

Ketua partai oposisi Venezuela mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Nicolas Maduro
Foto: AP Ariana Cubillos
Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengawasi pertunjukan kekuatan peralatan dan militer Rusia yang dimiliki pasukan Venezuela. Ia memamerkan kekuatan rudal antipesawat dan tank yang ia miliki menghancurkan lereng bukit.

"Tidak ada orang yang menghargai orang lemah, pengecut dan pengkhianat. Di dunia ini yang dihargai adalah yang berani, punya nyali, kuat," kata Maduro, Senin (28/1).

Baca Juga

Maduro menghadapi tantangan yang belum pernah ia hadapi setelah ketua partai oposisi Juan Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara. Guaido mendapat dukungan internasional dan menawarkan amnesti kepada tentara yang bergabung dengannya. Israel menjadi negara terbaru yang mendukung Guaido.

Didampingi Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino, Maduro melihat satu pleton tentara menembak sebuah lereng bukit dengan peluncur granat, senapan mesin antipesawat dan tank. Persenjataan Rusia menghamburkan debu di Fort of Paramacay, pangkalan militer kendaraan lapis baja Venezuela.

Maduro mengatakan pertunjukan kekuatan militer ini untuk memperlihatkan kepada dunia ia masih didukung militer. Pertunjukan ini juga memperlihatkan tentara nasional Venezuela siap untuk membela negara mereka. Maduro mengatakan Guaido mengambil bagian dari upaya kudeta yang dilancarkan penasihat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Pertunjukan kekuatan militer ini diiringi peluncuran slogan kampanye pemerintah Venezuela 'Selalu Setia, Tidak Pernah Berkhianat'. Sebelumnya diplomat militer Venezuela di AS membelot dari Maduro dan mendukung Guaido sebagai presiden sementara.

Pangkalan militer Fort of Paramacay yang berjarak sekitar dua jam dari Caracas, pernah menjadi saksi bisu upaya kudeta pada 2017. Ketika itu, sekitar 20 orang tentara dan warga sipil bersenjata menyerang pangkalan tersebut. Pemimpin serangan itu mengatakan mereka menuntut pergantian pemerintahan.

photo

Dalam perdebatan di Dewan Keamanan PBB, dengan sangat keras Rusia dan Cina mendukung Maduro. Mereka menolak permintaan AS, Kanada dan negara-negara Amerika Latin serta Eropa yang meminta adanya pemilihan ulang di Venezuela.

Rusia dan Cina adalah pemberi pinjaman terbesar pada Venezuela. Sejak negara anggota OPEC itu dipimpin Hugo Chavez, Venezuela banyak membeli peralatan militer Rusia, termasuk pesawat jet Sukhoi dan persenjataan berat lainnya.

Persekutuan strategis ini terbukti ketika dua pesawat bomber berkekuatan nuklir Rusia mendarat di Venezuela tahun lalu. Kantor berita Reuters melaporkan perusahaan militer swasta yang melakukan misi khusus untuk Rusia sudah tiba di Venezuela untuk meningkatkan keamanan Maduro.

Dalam wawancaranya dengan CNN Turki, Maduro menolak ultimatum masyarakat internasional yang meminta diselenggarakan pemilihan umum ulang dalam delapan hari kedepan. Maduro mengatakan Guaido telah melanggar konstitusi dengan mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai pemimpin sementara.

Maduro juga mengatakan ia terbuka melakukan dialog. Ia menambahkan pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump sulit dilakukan tapi bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan.

Sebelumnya, pemerintah AS mendesak masyarakat internasional untuk 'memilih' pihak mana yang mereka bela di Venezuela. AS juga sudah memutus hubungan ekonomi dengan pemerintahan Maduro.

Venezuela sudah mengalami guncangan dibawah kepemimpinan Maduro dengan menipisnya pasokan makanan dan terjadinya banyak unjuk rasa karena krisis ekonomi dan politik. Guncangan menyebabkan imigrasi besar-besaran dan inflasi yang mencapai 10 juta persen pada tahun ini.

photo

Inggris, Jerman, Prancis dan Spanyol menyatakan akan mengakui Guaido sebagai pemimpin Venezuela jika Maduro gagal menggelar pemilihan umum pada delapan hari ke depan. Rusia menyebut ultimatum ini sebagai sesuatu yang absurd.

Menteri Luar Negeri Venezuela juga mengkritik ultimatum Eropa tersebut dengan menyebutnya 'kekanak-kanakan'.  AS, Kanada dan sebagian besar negara Amerika Latin dan Eropa mengatakan Maduro menduduki masa jabatan keduanya dengan cara yang curang.

Mantan sopir bus dan ketua serikat pekerja itu memenangkan pemilihan umum pada Mei 2018 dengan mengadang kandidat lainnya untuk maju ke pemilihan umum. Sementara itu, Presiden Turki Tayyep Erdogan sudah memberikan suaranya kepada Maduro.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement