REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan, Israel mengakui pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai penjabat presiden negara itu. Israel menyusul negara lain seperti AS, Kanada, dan sebagian besar negara di Amerika Latin yang terlebih dahulu mengau Guaido bukan Nicolas Maduro.
"Israel bergabung dengan AS, Kanada, beberapa negara di Amerika Latin, dan negara-negara di Eropa, dalam mengakui kepemimpinan baru di Venezuela," kata dia seperti dilansir dari Anadolu Agency, Senin (28/1).
Di Amerika Latin, negara Argentina, Kanada, Cile, Kolombia, Kosta Rika, Ekuador, Guatemala, Panama, dan Paraguay telah mengakui Guaido. Sementara Bolivia dan Meksiko tetap mengakui Maduro. Meksiko tidak mau turut campur terhadap urusan dalam negara orang lain.
Rusia, Turki, Cina dan Iran juga menyatakan solidaritas untuk mendukung Maduro. Sementara negara Eropa, termasuk Inggris, Jerman, Prancis dan Spanyol mengambil sikap yang sama dan meminta Maduro menggelar pemilihan baru dalam delapan hari ke depan untuk meredakan krisis politik. Jika tidak, maka mereka akan mengakui oposisi.
Baca juga, Utusan Militer Venezuela Membelot Serukan Kudeta Maduro.
Sementara itu, Presiden Venezuela Nicolas Maduro bersumpah bahwa mereka pada akhirnya akan menang dan negaranya akan selamat dari upaya kudeta. Maduro menekankan Venezuela tidak memiliki hubungan politik dan diplomatik dengan Amerika Serikat.
"(Menlu AS Mike Pompeo) tidak menghormati siapa pun dan berpikir dia bisa memerintah dengan berteriak dan mengancam. Tidak ada yang bisa meneriaki kita. Dia bisa mengatakan apa yang dia inginkan tentang saya, tetapi saya melindungi negara saya, orang-orang saya dan sejarah saya," katanya.
Seperti diketahui, pada Rabu (23/1) kemarin, Presiden AS Donald Trump mengakui pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai presiden sementara negara itu. Hal ini kemungkinan meningkatkan pertikaian yang sedang berlangsung antara AS dan Maduro.
Maduro lantas membalas manuver AS itu dengan memutus hubungan diplomatik dengan Washington dan memberi waktu 72 jam bagi diplomat AS untuk meninggalkan Venezuela.