Senin 28 Jan 2019 10:07 WIB

Kita Semua Maryam: Suara Perempuan untuk Palestina Merdeka

Taggar itu menyoroti nasib buruk perempuan Palestina di bawah penindasan Israel

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Karta Raharja Ucu
Kampanye internasional yang mendukung perempuan Palestina melalui tagar #WeAreAllMary.
Foto: Dokumentasi UKEAD Alquds
Kampanye internasional yang mendukung perempuan Palestina melalui tagar #WeAreAllMary.

REPUBLIKA.CO.ID, Perjuangan bangsa Palestina untuk merdeka dari penjajahan Israel terus berlangsung di semua lini. Hampir seluruh bangsa yang pernah merasakan pahitnya penjajahan menaruh simpati besar. Selain di dunia nyata, gerilya dukungan juga gencar terjadi di dunia maya. Dengan memanfaatkan media internet, sejumlah kalangan menciptakan kampanye solidaritas melalui tagar #WeAreAllMary atau #WeAreAllMaryam. Dalam bahasa Arab, simbol itu menjadi #كلنا_مريم.

Di antara para inisiator kampanye itu adalah The International Union of al-Qods Culture Education and Research (UKEAD). Organisasi yang berbasis di Istanbul, Turki, itu telah mengadakan berbagai program kemanusiaan yang bertujuan membantu warga Palestina dan menjaga nilai-nilai budaya Arab serta legasi Utsmaniyyah di setempat.

Menurut Ali H Abusafia, tagar itu menegaskan bahwa kaum perempuan Palestina tidak tinggal sendirian. Patriotisme mereka akan selalu menginspirasi dunia yang haus keadilan dan perdamaian abadi. Lebih lanjut, direktur urusan luar negeri UKEAD Alquds for Culture itu menuturkan, penamaan tagar tersebut sekaligus mengenang ketokohan Siti Maryam—atau Mary dalam bahasa Inggris. Ibunda Nabi Isa AS itu merupakan perempuan yang sangat mulia terutama dalam perspektif umat dua agama besar: Islam dan Nasrani.

photo
Kampanye internasional yang mendukung perempuan Palestina melalui tagar #WeAreAllMary. (foto: Dokumentasi UKEAD Alquds)

Bumi al-Quds merupakan tempat kelahiran Siti Maryam. Namun, wilayah itu kini berada di bawah rongrongan Zionis. Karena itu, dunia mesti menyadari betapa hebatnya para perempuan tangguh yang bermukim di Palestina, khususnya Tanah Suci Baitulmakdis.

Sejak deklarasi Israel 70 tahun silam, mereka rela berkorban dan terus menderita demi menjaga hara diri kolektif umat Islam. “Diluncurkannya kampanye ‘Kita Semua Maryam’ itu bertujuan menyebarluaskan empati dan dukungan terhadap kaum perempuan di al-Quds, Yerusalem, serta seluruh warga Palestina yang ditindas Israel. Kami mengajak orang-orang untuk mendukung mereka dengan segala cara, berkontribusi dalam mencampakkan ketidakadilan yang selama ini mereka, orang-orang Palestina itu, alami,” kata Ali Abusafia kepada Republika.co.id, Ahad (27/1).

Secara resmi, kampanye #WeAreAllMary akan dimulai sejak 28 Januari 2019 malam, bakda isya waktu Yerusalem, Palestina. Rencananya, para aktivis pro-kemerdekaan Palestina dari seluruh penjuru dunia akan memasifkan penggunaan tagar tersebut di berbagai platform media sosial hingga 8 Maret mendatang. Ali berharap, pengguna internet atau netizen dari Indonesia juga dapat ikut memviralkan tagar itu di internet.

“Kita menyuarakan pesan besar terutama kepada kaum Zionis dan Yahudi bahwa perempuan al-Quds tidak sendirian. Mereka didukung dunia, termasuk perempuan Indonesia yang dengan berani membela mereka, serta mendesak dihapuskannya penjajahan Israel atas Palestina, khususnya Tanah Suci al-Quds. Kami mengajak seluruh kaum Muslimin untuk bersuara melalui tagar ini,” ujar pria Palestina yang sedang menempuh studi di Kelantan, Malaysia, itu.

Dihubungi terpisah, koordinator bidang pendidikan Minbar al-Aqsa Association Samir Said berharap masyarakat Indonesia akan selalu terdepan menyuarakan kemerdekaan Palestina. Seperti halnya UKEAD Alquds, lembaga tersebut juga mengampanyekan program-program dan menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk Palestina. Samir Said sendiri mengaku kagum dengan negara yang berpenduduk mayoritas Muslim sedunia itu.

“Kami mengajak seluruh perempuan di penjuru dunia untuk mendukung para perempuan di al-Quds, baik itu melalui berbagai program kemanusiaan maupun kampanye global. Dan saya rasa, kaum perempuan Indonesia, begitu pula dengan kaum prianya, memiliki semangat yang besar dalam bersimpati terhadap bangsa Palestina,” ujar Samir Said, Ahad (27/1).

photo
Kampanye internasional yang mendukung perempuan Palestina melalui tagar #WeAreAllMary (foto: Dokumentasi UKEAD Alquds)

Pantauan Republika.co.id di beberapa media sosial, seperti Twitter dan Instagram, sejak Senin (28/1) pagi sudah cukup banyak netizen yang menyertakan tagar #WeAreAllMary atau #كلنا_مريم. Sebagai contoh, laman Instagram Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Kota Bandung. Akun tersebut mengajak netizen untuk menggelorakan semangat empati bagi kaum perempuan Palestina. Hal itu dilakukannya sembari menyampaikan ulang (re-post) data kekejaman Israel atas sejumlah aktivis perempuan Palestina yang dihimpun penulis Nurjanah Hulwani.

“Tawanan wanita Marah Baker (18 tahun) ditangkap setelah mengalami 10 tembakan di tangan kirinya. Tawanan wanita Nourhan Awad (18 tahun) ditangkap setelah mengalami 4 tembakan di bagian paha kiri dan perut. Tawanan wanita Lama Bakri (17 tahun) mengalami dua tembakan di kakinya. Tawanan wanita Syeruk Duyat (20 tahun) ditangkap setelah mengalami tembakan di bahunya hingga pembuluh arteri utama harus dipotong. Tawanan wanita Amal Thoqotoqoh (34 tahun) ditangkap setelah mengalami tembakan di paha, dada dan pinggang; seorang tentara wanita Israel memukulinya dengan senapan di tumit hingga berlumuran darah.”

Mengutip Middle East Monitor, Sabtu (26/1), tagar #WeAreAllMary dan #كلنا_مريم menyoroti nasib buruk warga Palestina, khususnya perempuan, di bawah penindasan Israel. Pada akhir tahun lalu, dunia mengenal sosok aktivis muda perempuan, Ahed Tamimi (17 tahun) yang sempat ditahan delapan bulan lamanya di penjara Israel. Tuduhan yang dijatuhkan padanya hanyalah menampar dua tentara Israel yang sebelumnya mengintimidasinya.

photo
Kampanye internasional yang mendukung perempuan Palestina melalui tagar #WeAreAllMary. (foto: Dokumentasi UKEAD Alquds)

Pada 29 Juli 2018, dia dan ibundanya dibebaskan dari penjara. Segera setelah itu, putri pasangan Bassem dan Nariman (yang juga dipenjara bersama Tamimi) itu menjadi sorotan dunia. Perempuan kelahiran Kota Nabi Salih, Tepi Barat, itu disandingkan dengan nama-nama pejuang hak asasi manusia, semisal Malala Yousafzai. Cucu pejuang HAM asal Afrika Selatan, Nelson Mandela, bahkan memberikan penghargaan sebagai tanda apresiasi melawan kolonialisme di zaman modern.

Tagar #WeAreAllMary menggelorakan lagi semangat aktivisme yang dirintis kaum perempuan Palestina, muda maupun tua. Mereka telah membuktikan diri, selalu tampil terdepan bersama-sama dengan kaum pria Palestina demi mengakhiri kebiadaban Negara Zionis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement