REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden terpilih Venezuela Nicolas Maduro meminta militer untuk tetap dalam persatuan dan disiplin terhadap berbagai upaya kudeta imperialis. Hal itu ia sampaikan dalam kunjungannya ke Brigade Lapis Baja ke-41 di negara bagian Carabobo pada Ahad (27/1) waktu setempat.
Seperti dilansir dari Anadolu Agency, Selasa (29/1), Maduro mengatakan, pasukan keamanan negara semakin loyal kepada Venezuela dan konstitusi meski ada beragam upaya untuk memecah belah tentara. Dia juga mengakui, Venezuela sedang mempersiapkan mobilisasi militer paling penting dalam sejarah negara itu.
Maduro juga menggarisbawahi, negara akan menjaga semua sistem senjata, kekuatan militer, kemampuan operasional, persatuan militer-sipil dan pasukan milisi. Sehingga, seluruhnya siap. "Dan tidak ada yang bisa menyentuh langit suci kita," kata dia.
Internal politik Venezuela sedang diguncang setelah Maduro terpilih kembali menjadi presiden untuk periode kedua selama enam tahun. Ia telah dilantik pada 10 Januari 2019 lalu.
Baca juga, Erdogan Bela Maduro, Trump Dukung Oposisi Venezuela.
Namun pihak oposisi yang dipimpin Juan Guaido menganggap kemenangan Maduro penuh kecurangan dan penipuan dari asing. Lalu mereka memboikot dan berupaya mengkudeta.
Pada Rabu (23/1) kemarin, Presiden AS Donald Trump mengakui pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai presiden interim negara itu. Maduro lantas membalas manuver AS itu dengan memutus hubungan diplomatik dengan Paman Sam. Maduro juga memberi waktu 72 jam bagi diplomat AS untuk meninggalkan Venezuela.
Pada Sabtu (26/1) lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo meminta Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengakui pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai pemimpin sah negara itu.
Beberapa negara yang mendukung kepresidenan interim Guaido, selain AS, adalah Israel, Kanada, Brasil, Argentina, Cile, Kolombia, Kostarika, Ekuador, Guatemala, Panama, Paraguay, Bolivia, dan Meksiko.
Sedangkan negara yang tetap mendukung Maduro yaitu Rusia, Turki, Cina dan Iran. Sementara Inggris, Jerman, Prancis, dan Spanyol meminta Maduro mengumumkan pemilihan baru dalam delapan hari ke depan untuk meredakan krisis politik. Jika tidak mereka mengancam akan mendukung oposisi.