REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Serangan granat menyasar satu masjid di Zamboanga, Filipina selatan pada Rabu (30/1) selang beberapa hari usai pemboman Gereja Katedral Katolik. Pihak berwenang mengatakan, dua orang tewas akibat serangan tersebut.
"Sebuah granat dilemparkan ke dalam masjid yang menewaskan dua orang dan melukai empat lainnya," kata juru bicara militer regional Letnan Kolonel Gerry Besana seperti dikutip laman Channel News Asia, Rabu (30/1).
Para korban tengah tertidur di dalam masjid saat granat meledak di masjid di Pulau Mindanao yang mayoritas Muslim. Serangan tersebut terjadi ketika Filipina dalam keadaan siaga tinggi usai pemboman Katedral yang menewaskan 21 orang pada misa Minggu di pulau Jolo yang terpencil dan daerah mayoritas Muslim.
ISIS mengaku bertanggung jawab atas ledakan di Gereja Katedral. Pihak berwenang Filipina awalnya mengatakan, bom di gereja bukan serangan bunuh diri, namun pada Selasa (29/1), Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan salah satu pembom telah meledakkan dirinya di luar katedral.
Besana mengatakan, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah ledakan di masjid itu adalah pembalasan atas serangan katedral atau bukan. Hingga kini polisi tengah memburu mereka yang bertanggung jawab.
Serangan granat pada Rabu mendapat kecaman langsung dari pihak berwenang. "Tidak ada menebus pembunuhan menghujat seperti itu. Ini adalah bentuk pengecut tertinggi untuk menyerang orang-orang yang tengah berdoa," kata pemimpin regional Mujiv Hataman.
"Kami menyerukan orang-orang dari semua agama, untuk bersama-sama berdoa untuk perdamaian," ujarnya.