REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS--Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan ia bersedia bernegosiasi dengan pemimpin Juan Guaido. Pada Selasa (29/1), Guaido yang juga menjabat sebagai ketua National Essembly mengajak rakyat Venezuela melakukan unjuk rasa besar-besar untuk meminta Maduro turun dari jabatannya.
"Saya berniat untuk duduk bersama dengan oposisi jadi kami dapat membicarakan yang terbaik untuk perdamaian dan masa depan Venezuela," kata Maduro kepada kantor berita yang dikelola pemerintah Rusia, RIA Novosti, Rabu (30/1).
Sejak pekan lalu Venezuela diguncang unjuk rasa hebat setelah Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara. Ia ingin menggelar pemilihan ulang untuk mengakhiri 'kediktatoran' Maduro.
Baca juga, Erdogan Bela Maduro, Trump Dukung Oposisi Venezuela.
Maduro mengatakan, pembicaraan itu dapat dilakukan dengan mediasi negara lain. Ia menyebut Meksiko, Uruguay, Bolivia, Vatikan dan Rusia.
Maduro juga menuduh Presiden AS Donald Trump telah memerintahkan pemerintah Kolombia untuk membunuhnya. AS telah mengaku Guaido sebagai pemimpin Venezuela yang sah.
Salah satu sekutu dekat Maduro adalah Rusia. Moskow menyediakan banyak pinjaman dan persenjataan untuk Maduro.
Salah satu pejabat Rusia mengatakan diperkirakan akan ada 'masalah' dalam pembayaran pinjaman Rusia sebesar 3 miliar dolar AS yang harusnya dibayarkan pada waktu dekat.
Guaido meminta rakyat Venezuela melakukan unjuk rasa setelah pemerintahan Maduro melarangnya untuk berpergian keluar negeri. Ia juga sedang diselidiki atas tuduhan aktivitas anti-pemerintah. "Venezuela siaplah untuk berubah," kata Guaido.