REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran pada Rabu (30/1) mengatakan negaranya sedang menghadapi situasi ekonomi paling buruk selama 40 tahun. Dia menyalahkan Amerika Serikat atas kondisi ekonomi negaranya.
Presiden AS Donald Trump tahun lalu mundur dari kesepakatan nuklir internasional dengan Iran dan kembali memberlakukan sanksinya terhadap Teheran. Sejak itulah para pekerja termasuk sopir truk, petani dan pedagang, terkadang melancarkan sejumlah protes terhadap kesulitan ekonomi, yang kerap berujung pada bentrokan dengan pasukan keamanan.
"Hari ini negara sedang menghadapi tekanan dan sanksi ekonomi paling berat dalam kurun waktu 40 tahun," kata Presiden Iran Hassan Rouhani, menurut situs kepresidenan.
"Masalah kita hari ini berawal dari tekanan Amerika Serikat dan para pengikutnya. Pemerintah yang patuh dan sistem yang berdasarkan pada Islam seharusnya tidak disalahkan," kata dia.
Rouhani menyampaikan hal tersebut saat upacara di kuil pendiri Republik Islam, Ayatollah Ruhollah Khomeini, bagian dari serangkaian acara menjelang peringatan 40 tahun revolusi yang jatuh pada 11 Februari. Nilai mata uang rial Iran berfluktuasi dalam beberapa bulan terakhir, menyebabkan rakyat biasa sulit untuk memenuhi kebutuhan mereka.