REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Istri dari pemain sepak bola Bahrain yang ditahan di Bangkok, Thailand Hakeem AlAraibi mengirim permohonan emosional kepada Perdana Menteri Thailand. Ia meminta bantuan pemimpin junta di negara itu karena khawatir nyawa suaminya terancam.
Hakeem AlAraibi sedang berbulan madu dan baru saja mendarat di Bangkok ketika otoritas Thailand menahannya pada bulan Desember.
"Kami bepergian bersama-sama dan bersemangat untuk tiba di Thailand, hanya untuk bertemu dengan penjara, dan ancaman bagi suami saya untuk dikirim kembali ke Bahrain di mana hidupnya akan dalam bahaya," tulisnya kepada Jenderal Prayut Chan-o-Cha, yang telah memerintah Thailand sejak kudeta militer pada 2014.
Setelah tinggal di sisinya selama tiga hari di bandara dan kemudian beberapa hari lagi di tahanan imigrasi, istri Hakeem AlAraibi kembali ke Australia demi keselamatannya sendiri. Sementara suaminya dikirim ke sel yang penuh sesak di Penjara Remand Bangkok.
Pada Selasa (29/1), Bahrain mengajukan permintaan ekstradisi resmi dengan Thailand, meskipun Hakeem AlAraibi berstatus pengungsi di Australia. Ia takut disiksa jika ia kembali ke negara tempat ia melarikan diri.
"Saya takut nyawa suami saya terancam dan begitu juga masa depan kami," tulisnya, meminta media menyebut dia hanya sebagai istri AlAraibi.
"Masa depannya ada di tangan anda... tolong bantu suami saya pulang."
Pada Selasa (19/1), Perdana Menteri Prayut membuat komentar pertamanya tentang kasus tersebut, mengisyaratkan penyelesaian yang dinegosiasikan.
"Saya memahami keprihatinan semua pihak, kami sedang dalam proses mengeksplorasi solusi," kata Jenderal Prayut, menurut surat kabar The Nation.
Thailand ingin bahas dengan Australia dan Bahrain
Menteri Luar Negeri Thailand menekankan perlunya pembicaraan antara negara-negara yang menginginkan pemain berusia 25 tahun itu.
"Apa yang saya lihat sebagai cara yang paling tepat [solusi dari masalah ini] adalah Australia dan Bahrain memulai dialog [tentang kasus ini]," kata Menteri Luar Negeri Don Pramudwinai, seperti dikutip oleh The Bangkok Post.
"Thailand telah memberi tahu mereka bahwa jika mereka masih memiliki hubungan baik, silakan berbicara satu sama lain dan itu akan menjadi solusi terbaik."
Sementara itu di saat desakan internasional mendapatkan dukungan kuat, khususnya di antara komunitas sepakbola global, yang mendesak Thailand untuk memenuhi komitmennya baru-baru ini untuk mengubah cara memperlakukan para pengungsi dan pencari suaka.
Istri Hakeem Alraibi menyandingkan kasus suaminya dengan kasus permohonan suaka yang menjadi sorotan media dari seorang remaja Saudi yang membarikade dirinya di kamar hotel bandara Bangkok awal Januari.
"Saya melihat posisi terpuji Thailand sehubungan dengan kasus baru-baru ini dan serupa yang dialami Rahaf Mohammed, yang melarikan diri dari Arab Saudi dan tiba di Thailand," tulisnya.
"Pada saat itu, pejabat Anda mengkonfirmasi bahwa mereka tidak akan mengirim kembali seseorang untuk dibunuh.
"Pihak berwenang Thailand mendukung dan melindungi Rahaf dan mengizinkannya pergi ke Kanada. Saya hanya berharap hal yang sama untuk suami saya, agar diizinkan kembali ke Australia."
AlAraibi ditahan atas dasar pemberitahuan Interpol yang dikeluarkan atas permintaan Bahrain. Dia dicari karena dia diadili dalam persidangan in absentia pada 2014 dan divonis 10 tahun penjara karena diduga merusak kantor polisi, tuduhan yang dia tolak.
Dia mengatakan dia sedang memainkan pertandingan yang disiarkan langsung di televisi ketika dugaan kejahatan itu terjadi, tetapi ketika anggota keluarganya menjangkau asosiasi sepak bola Bahrain untuk mengkonfirmasi alibinya, permintaan mereka tidak dijawab.
Simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini.
Ikuti berita-berita lainnya dari situs ABC Indonesia.