REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Facebook telah menghapus 783 akun yang terkait dengan Iran. Akun-akun tersebut dianggap bagian dari kampanye perilaku terkoordinasi dan tidak autentik.
"Pengurus halaman dan pemilik akun biasanya mewakili diri mereka sebagai penduduk setempat, sering menggunakan akun palsu, dan mengunggah berita tentang peristiwa terkini," kata kepala kebijakan keamanan siber di Facebook Nathaniel Gleicher dikutip laman Anadolu Agency pada Jumat (1/2).
Pengumuman tentang penghapusan ratusan akun tersebut muncul ketika Facebook sedang menyelidiki akun palsu yang berasal dari Iran. Akun-akun itu menyebar konten.
Mayoritas kegiatannya dipusatkan di Timur Tengah dan Asia Selatan. Namun, akun tersebut dilaporkan turut membidik Amerika Serikat (AS).
Hampir secara bersamaan, Twitter telah menerbitkan laporan bertajuk 2018 Midterm Elections. Dalam laporan itu, Twitter menyatakan telah menangguhkan jaringan akun yang berbeda karena terlibat kampanye disinformasi di seluruh dunia.
Twitter mengonfirmasi bahwa jaringan akun itu dimiliki oleh orang Rusia dan berasal dari negara tersebut. Namun, Twitter tak dapat menghubungkan pemilik akun ke Badan Riset Internet Rusia yang dituding mengintervensi Pilpres AS pada 2016.
Sekitar 2 juta cicitan terkait pemilu datang dari jaringan akun Rusia itu tahun lalu. Twitter mengatakan bahwa mereka juga menghapus akun yang terhubung dengan Iran dan Venezuela.
"Sebagai bagian dari tinjauan berkelanjutan kami, kami menemukan operasi terbatas yang memiliki potensi dihubungkan ke sumber-sumber di Iran, Venezuela, dan Rusia," kata Twitter dalam sebuah pernyataan.