REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Puluhan imigran etnis Rohingya, Myanmar, terpaksa bermalam di depan gedung Menara Bosowa, Jalan Jenderal Sudirman, Kota Makassar. Mereka menggelar aksi menuntut keadilan kepada PBB sejak Rabu siang kemarin, dan masih bertahan sampai Kamis hari ini.
"Pokoknya, kami akan terus di sini sampai perwakilan PBB mengabulkan permintaan kami," ujar Salah satu seorang imigran Rosyid, dalam keterangan tulis yang diterima Republika, Jumat (1/2).
Menurutnya, pada beberapa hari sempat ada yang datang dan mengaku dari UNHCR menemui mereka, namun orang tersebut menyatakan tidak bisa mengambil keputusan, dan diserahkan ke UNHCR pusat. Rosyid bersama dengan rekan-rekannya menuntut agar mereka segera diberangkatkan ke negara pihak ketiga tujuan suaka.
Dia merasa telah terjadi diskriminasi selama ini, sebab pemberangkatan sering dilakukan pihak PBB. Namun, bukan kepada pengungsi Rohingya, melainkan kepada pengungsi dari negara lainnya.
"Kasihan kami, pak, hidup serba susah di sini karena dilarang mencari pekerjaan yang bagus, sementara kami punya anak dan istri. Aturan juga sangat ketat, sehingga kami tak bisa bebas," ujar Rosyid.
Aksi seperti itu sudah kesekian kalinya diadakan di Kota Makassar. Mereka pernah terakhir dibubarkan paksa aparat. Hari ini pun, mereka mengkhawatirkan bakal memperoleh perlakuan sama.
Forum Peduli Rohingya Kota Makassar bersama dengan Forum Ummat Islam Bersatu (FUIB) Sulawesi Selatan, sudah seringkali mencoba melakukan advokasi terhadap kasus imigran Rohingya, termasuk mengadakan pertemuan dengan DPRD Sulsel, sebanyak tiga kali, namun sampai sekarang tidak ada hasil.
"Perwakilan PBB, dalam hal ini UNHCR dan IOM, tidak pernah memberikan solusi yang konkret, dan jawabannya mengambang ketika kami mempertanyakan persoalan Rohingya ke mereka," tambah Koordintor Forum Peduli Rohingya M Iqbal Djalil.