REPUBLIKA.CO.ID, Udara masih meniupkan hawa dingin di lahan pertanian dan peternakan milik Kurt Line di Negara Bagian Indiana, Amerika Serikat (AS). Ladang yang biasanya hijau dan mengembuskan bau rumput telah berubah menjadi hamparan es.
Di tengah dingin yang menusuk, Line, selayaknya para petani dan peternak lainnya, menyiapkan ransum tambahan untuk hewan ternaknya. Dia juga membangun iglo (semacam rumah yang terbuat dari es) untuk ayam-ayamnya agar tak mati akibat kedinginan.
Setelah itu, Line memutuskan untuk tak bekerja. Daripada harus memasok jagung untuk pabrik pemrosesan lokal, dia lebih memilih mengurus pembayaran pajak yang biasanya selalu ditunda. Udara dingin yang menusuk adalah alasan di balik keputusannya.
Line adalah salah seorang petani dan peternak yang terdampak polar vortex, yakni fenomena berembusnya udara dingin dari kutub utara ke wilayah selatan bumi. Hal itu telah menyebabkan sejumlah negara bagian di AS mengalami suhu dingin ekstrem, yakni mencapai sekitar minus 30 derajat Celcius bahkan lebih.
Suhu dingin telah melumpuhkan aktivitas perekonomian AS, terutama mereka yang bekerja di bidang produksi pertanian dan peternakan. Cargill Inc, misalnya, telah menutup semua pabrik biji-bijiannya di Midwest.
Juru bicara Cargill Inc April Nelson mengatakan pabrik-pabrik itu tidak akan beroperasi hingga cuaca mulai menghangat. Perusahaan daging babi Tyson Foods Inc, membatalkan dua shift pekerjanya di pabriknya di Waterlo, Iowa.
Suhu dingin ekstrem juga telah membuat para peternak bekerja ekstra untuk menjaga hewan peliharaannya. Joey Myers dan tunangannya Scott Bailey, adalah peternak sapi di Minot, North Dakota.
Sejak polar vortex melanda AS, keduanya harus bergadang semalam suntuk untuk memeriksa keadaan sapi-sapinya. Mereka khawatir suhu minus 28 derajat Celcius dengan angin dingin minus 45 derajat Celcius, dapat menyebabkan sapi mereka yang hamil melahirkan lebih awal.