Sabtu 02 Feb 2019 08:48 WIB

Kehangatan Muslim Amerika di Tengah Bekunya Illinois

Muslim Amerika menawarkan sejumlah bantuan dan hangatnya teh.

Pemandangan gedung pencakar langit yang diselimuti kabut salju terlihat dari Danau Michigan di Chicago, Illinois, Senin (6/1) waktu setempat.  (Reuters/Jim Young)
Pemandangan gedung pencakar langit yang diselimuti kabut salju terlihat dari Danau Michigan di Chicago, Illinois, Senin (6/1) waktu setempat. (Reuters/Jim Young)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fitriyan Zamzami, Santi Sopia

Pria itu tampak terbungkus dalam pakaian hangat yang tebal. Kepalanya juga ditutupi kupluk, sarung tangan membungkus tangannya. Ada sekutip janggot di wajah pria berkulit cokelat tersebut.

Di belakangnya, putih salju menumpuk dan butir-butirannya masih jatuh. Pada tangannya, ada selembar kertas yang dipenuhi tulisan tangan.

“Bismillahirahmanirrahim. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,” kata dia membuka video yang ia tautkan di Youtube sejak 29 Januari lalu.

Bahasa Inggrisnya tebal beraksen, menandakan asalnya dari kawasan Asia Selatan. Nama pria tersebut, Sabeel Ahmad. Misinya hari itu, bersama anggota keluarganya, sang istri Asma Naheed, dan putrinya Zainab, menyebarkan kertas yang ia pegang ke para tetangga di Morton Grove, Cook County, Illinois, Amerika Serikat.

Cuaca dingin yang yang jauh di bawah titik beku menjadi alasan menyebar kertas tersebut. Sejak pekan lalu, fenomena polar vortex di Kutub Utara mengirimkan suhu yang jauh lebih dingin dari biasanya ke bagian tengah Kanada dan bagian utara kawasan Midwest Amerika Serikat.

photo
Seorang wanita berjalan melalui angin salju di pusat kota Chicago, Illinois, Senin (6/1) waktu setempat. (Reuters/ Jim Young)

Suhu di wilayah yang terdampak, seperti Illinois, bisa mencapai minus 49 derajat Celsius. Suhu yang lebih dingin dari sebagian kawasan di Kutub Utara itu melumpuhkan wilayah terdampak dan menyebabkan kematian.

Terkait fenomena itu, Sabeel Ahmad menempelkan sedikitnya 40 lembar di pintu-pintu tetangga mereka sejak Rabu (29/1). “Saya dan keluarga siap sedia jika Anda membutuhkan bantuan mengambil barang belanjaan di toko, obat-obatan, atau membersihkan salju. Silakan mampir juga ke rumah kami untuk menikmati teh hangat dan samosa,” tertulis di kertas itu beserta nomor kontak untuk menghubungi.

Kepada Chicago Tribune, media cetak ternama dari Illinois, Sabeel Ahmad menuturkan, yang ia lakukan adalah sekadar cara mereka untuk membantu para tetangga dalam suasana sulit akibat terpaan cuaca dingin ekstrem di Illinois belakangan. Dan inspirasi untuk melakukan hal tersebut datang dari ajaran agama yang ia anut.

“Membantu tetangga adalah sebagian besar dari iman. Kami juga tak ingin orang-orang menilai Islam hanya dari berita-berita,” ujar Sabeel Ahmad, seperti dilansir Chicago Tribune, Kamis (31/1). Sebagai direktur eksekutif lembaga pembinaan mualaf di AS, GainPeace, ia memang merasa sudah tugasnya menunjukkan sisi terbaik dari agama Islam.

Upaya Sabeel Ahmad tak sia-sia. Para tetangga menyatakan apresiasi mereka terhadap yang ia lakukan. “Tindakan ini menghangatkan hati saya,” kata Maureen Hartnett, salah seorang tetangganya yang rumahnya ditempeli selebaran tawaran bantuan.

Ia mengenang, tumbuh besar di lokasi di kota tempat semua orang saling mengenal dan saling membantu. “Saya pikir, ‘wow, ini gaya lama’. Saya merasa senang saat ini tinggal di komunitas seperti itu,” kata dia.

Reuters melaporkan, sejauh ini sergapan udara dingin di Amerika Serikat telah mengakibatkan 21 orang meninggal dunia. Puncak cuaca dingin disebut bakal segera terlewati, tetapi mereka-mereka yang lanjut usia juga para gelandangan masih terancam kematian akibat frostbite alias radang dingin.

Kematian terbanyak terjadi di wilayah Chicago, Illinois, dengan total sembilan orang. Seorang mahasiswa di Universitas Iowa juga ditemukan meninggal, kemarin. Saat petugas menemukan mahasiswa bernama Gerald Belz (18 tahun) tersebut, suhu berada pada kisaran minus 46 derajat Celsius. Sementara, seorang perempuan berusia 60 tahun juga ditemukan meninggal akibat hypothermia di kediamannya di Lorain, Ohio.

Hantaman cuaca dingin serupa yang menerpa Amerika Serikat tercatat lebih dari 20 tahun silam. Saat itu, menurut Layanan Cuca Nasional (NWS), gelombang cuaca dingin menerpa bagian Midwest dan Timur Laut AS.

Dilansir Science Alert, anomali cuaca tersebut belakangan ikut dipicu emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia yang telah menghangatkan bumi sekitar satu derajat Celsius selama 50 tahun terakhir. Hal tersebut mengakibatkan Kutub Utara menghangat lebih dari dua kali lipat.

Pemanasan Arktik yang diperkuat, terutama disebabkan oleh mencairnya es dan salju secara ekstrem dalam beberapa dekade terakhir, memperlihatkan permukaan laut dan daratan yang lebih gelap yang menyerap lebih banyak panas matahari.

Karena pemanasan Arktik yang cepat, perbedaan suhu utara/selatan berkurang. Ini mengurangi perbedaan tekanan antara Arktik dan garis lintang pertengahan, memperlemah aliran angin.

Undulasi utara/selatan besar menghasilkan energi gelombang di lapisan atmosfer. Jika bergelombang dan cukup persisten, energi dapat bergerak ke atas dan mengganggu pusaran kutub stratosfer. Terkadang pusaran atas ini menjadi sangat terdistorsi sehingga terbagi menjadi dua pusaran yang berputar-putar.

Salah satu vortisitas cenderung mengarah ke selatan, membawa udara yang sangat dingin dan sebaliknya, membuat Kutub Utara menjadi lebih hangat dari biasanya. Salah satu pusaran ini telah menghampiri Amerika Utara pekan ini dan memberikan suhu dingin ke banyak negara.

BACA JUGA: Pengamat: Pemanggilan Rocky Gerung Sedikit Aneh

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement