Rabu 06 Feb 2019 13:25 WIB

Netanyahu dan Putin akan Bertemu Bahas Suriah

Pertemuan ini menjadi yang pertama sejak jatuhnya pesawat Rusia September lalu.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: AP Photo
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengadakan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow pada 21 Februari mendatang. Hal ini diungkapkan media Israel pada Selasa (5/2) waktu setempat.

Dilansir dari Anadolu Agency, Rabu (6/2), pertemuan keduanya akan menjadi yang pertama di Moskow sejak jatuhnya pesawat perang Rusia September 2018 lalu di Suriah. Jatuhnya pesawat itu menjadi insiden di mana Moskow menyalahkan Israel pada saat itu.

Menurut Otoritas Penyiaran Israel, pertemuan tersebut akan fokus membahas perkembangan di Suriah dengan penekanan pada keberlanjutan penentangan Israel terhadap kehadiran militer Iran di negara itu.

September tahun lalu, beberapa jet tempur F-16 Israel memasuki wilayah udara Suriah dengan tujuan menyerang target militer Suriah di Provinsi Latkia barat laut. 

Ketika sistem pertahanan udara S-200 Suriah menanggapi pelanggaran itu, pesawat pengintai Rusia Il-20 di Suriah ditabrak sebuah rudal.

Pesawat tersebut jatuh akibat terhantam rudal antipesawat milik Suriah. Sebanyak 13 personel militer Rusia tewas dalam insiden tersebut. 

Namun Moskow enggan menyalahkan Suriah atas kejadian itu. Rusia justru menuding Israel sebagai penyebab jatuhnya pesawat pengintai mereka.

Sebab ketika insiden terjadi, pasukan Suriah memang tengah melancarkan serangan balasan terhadap Israel yang telah menggempur Latkia, yakni pangkalan udara tempat bermarkasnya pasukan Rusia.

Buntut dari insiden itu, Rusia kemudian menyuplai Suriah dengan sistem rudal antipesawat S-300.

Sistem rudal itu dikirim guna melindungi militer Rusia yang tengah melaksanakan misi di Suriah.

Rusia merupakan sekutu Suriah. Kedua negara berupaya merebut kembali Provinsi Idlib yang masih dikuasai kelompok pemberontak dan milisi oposisi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement