REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Akhir kepemilikan wilayah ISIS di Irak dan Suriah kemungkinan akan diumumkan segera pada pekan depan.
Hal ini disampaikan Presiden AS Donald Trump pada Rabu (6/2) waktu setempat saat mitra AS berjuang menyingkirkan kelompok teror dari benteng terakhirnya di Suriah.
Trump membuat pengumuman pada pertemuan yang dihadiri lebih dari 70 menteri luar negeri koalisi anti-ISIS yang dipimpin AS di Washington. "Kekhalifahan ISIS telah dihancurkan," kata Trump pada pertemuan itu, dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (7/2).
Trump memperingatkan, bagaimanapun bahkan ketika kelompok itu kehilangan sisa-sisa terakhir dari wilayahnya, pasukan ISIS yang masih bertahan di wilayah itu akan terus menimbulkan ancaman.
Namun, lanjut Trump, AS akan melakukan apa yang diperlukan untuk mengalahkan setiap ons dan setiap orang terakhir dalam kegilaan ISIS.
Dalam pertemuan itu, para diplomat Mesir, Prancis, Jerman, Yordania, Arab Saudi, Inggris, dan AS mengeluarkan pernyataan bersama yang menekankan kebutuhan bersama akan diplomasi dan kemauan politik internasional yang dipimpin PBB untuk mengakhiri konflik Suriah.
"Mereka yang berusaha mengacaukan kawasan atau mencari solusi militer hanya akan berhasil meningkatkan risiko eskalasi berbahaya dan kebakaran besar di kawasan itu," kata perwakilan negara-negara itu.
Diperkirakan, "pusat gravitasi" kelompok itu akan tetap berada di Suriah dan Irak, di mana terdapat 14 ribu hingga 18 ribu militan di jajarannya, serta cadangan keuangan berkisar antara 50 juta dolar dan 300 juta dolar.
Trump mengumumkan penarikan "cepat" pasukan AS dari Suriah pada Desember lalu, dan mengklaim saat itu koalisi global telah berhasil mengalahkan ISIS.
Namun, karena ada desakan dalam pemerintahannya dan dari anggota parlemen utama AS, Trump kemudian mengisyaratkan "penarikan mundur yang lambat dan sangat terkoordinasi" dari negara yang dilanda perang.