REPUBLIKA.CO.ID, HIMALAYA -- Pegunungan Himalaya akan kehilangan sepertiga gletsernya pada akhir abad ini akibat perubahan iklim. Kondisi ini tetap tak terhindarkan meski upaya memperkecil perubahan iklim sukses dilakukan sekarang.
Temuan ini dilaporkan oleh Hindu Kush Himalaya Assessment melalui International Center for Integrated Mountain Development (ICIMOD). Gletser-gletser di pegunungan Himalaya ini diprediksi akan hilang karena mencair.
Mencairnya sepertiga gletser di Himalaya dapat mengancam persediaan sumber air bagi 1,9 miliar manusia. "Pemanasan global sedang dalam proses mengubah puncak gunung Hindu Kush Himalaya yang dingin dan diselimuti gletser menjadi bebatuan dalam waktu kurang dari satu abad," ungkap ketua peneliti Philippus Wester seperti dilansir ABC.
Dampak dari mencairnya gletser di puncak gunung-gunung tertinggi di dunia sangat bragam. Salah satunya adalah banjir karena cukup banyak gletser yang terhubung dengan sistem sungai. Diperkirakan area-area yang paling terdampak banjir adalah sungai-sungai besar di Asia.
Dampak lain yang mungkin terjadi adalah peningkatan polusi udara. Polusi udara dapat meningkat akibat karbon hitam dan debu yang tersimpan di gletser sebelum mencair.
Menurut studi, sepertiga gletser di Himalaya tetap akan mencair dan hilang meski target pembatasan pemanasan global yang digagas di Paris sebesar 1,5 derajat Celcius tercapai. Selain itu, bila suhu global meningkat sebesar 2 derajat Celcius, jumlah gletser di Himalaya yang akan mencair menjadi dua per tiga dari keseluruhan.
Seperti diketahui, perjanjian Paris 2015 merupakan kesepakatan negara-negara di dunia untuk mencegah agar suhu global tidak meningkat lebih dari dua derajat Celcius. Bila memungkinkan, peningkatan suhu global perlu dicegah agar tak melebihi 1,5 derajat Celcius.
Direktur International Centre for Climate Change and Development Saleemul Huq menilai temuan ini sangat menggelisahkan. Terlebih, lanjut Huq, bagi negara-negara yang berada di hilir seperti Bangladesh.