REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Wabah campak kembali terjadi dan kali ini melanda Filipina. Tercatat ada lebih dari 1.500 kasus campak dengan 26 kasus kematian dalam beberapa minggu terakhir.
Tercatat ada 441 kasus campak dengan lima kasus kematian akibat campak di wilayah Metro Manila, Filipina. Peningkatan kasus campak juga terlihat di berbagai wilayah Filipina lain.
Di wilayah Calabarzon misalnya, kasus campak bahkan meningkat hingga 2.538 persen. Bila pada 2018 hanya ditemukan 21 kasus, pada 2019 sudah tercatat ada 575 kasus campak yang dilaporkan. Ada sembilan kasus kematian akibat campak di wilayah ini terhitung sejak awal Januari.
"Kami melebarkan (status) wabah dari Metro Manila ke wilayah-wilayah lain seiring dengan meningkatkan kasus campak dalam beberapa minggu terakhir," ungkap Menteri Kesehatan Filipna Francisco Duque seperti dilansir CNN.
Duque mengatakan Filipina akan memperkuat pengawasan bila ditemukan kasus-kasus baru. Selain itu, Pemerintah Filipina juga memperingatkan para ibu dan pengasuh anak untuk lebih waspada.
Wabah campak yang terjadi di Filipina diperkirakan berkaitan dengan rendahnya angka vaksinasi campak di negara tersebut. Menurut Wakil Menteri Kesehatan Filipina Eric Domingo, angka vaksinasi campak yang relatif rendah berkaitan dengan pembatalan program vaksinasi Dengvaxia pada 2016 lalu.
Duque berupaya meyakinkan para orang tua bahwa vaksinasi campak tidak sama dengan vaksin Dengvaxia. Pada Kamis (7/2), Duque mendorong orang tua dan pengasuh anak untuk memberikan akses vaksin terhadap anak-anak. "Vaksin campak aman dan telah digunakan di dunia selama berpuluh-puluh tahun sekarang," ungkap Duque.
Kementerian Kesehatan Filipina mengungkapkan angka cakupan vaksin di Filipina menurun cukup signifikan. Pada tahun lalu, jumlah anak yang tidak divaksinasi di Filipina meningkat hingga lebih dari 100 ribu anak.