REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Bolivia Evo Morales mengecam pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido atas pernyataannya soal kemungkinan intevensi militer Amerika Serikat (AS) ke Venezuela. Morales dengan tegas menolak pernyataan Guaido dalam menyambut baik intervensi militer AS di Venezuela.
"Saya ingin tahu apa yang dikatakan oleh saudara-sarudara kepresidenan yang mengenalnya soal hasutan perang di Amerika Latin," katanya seperti dikutip Anadolu Agency, Ahad (10/2).
Guaido pada Jumat menolak mengenyampingkan kemungkinan intevensi militer AS untuk menggulingkan Presiden Venezuela dua periode, Nicolas Maduro. Laman Russia Today menulis, Guaido mengatakan bahwa ia akan melakukan segala sesutu yang diperlukan untuk menyelamatkan nyawa rakyat Venezuela, termasuk intervensi militer dari negara lain, dalam hal ini AS.
Baca juga, Cina Desak Pembicaraan Damai untuk Atasi Krisis Venezuela.
Sejak Maduro dilantik kembali sebagai presiden, Venezuela diguncang protes besar. Ketua Majelis Nasional, Guaido mengajak rakyat turun ke jalan memrotes kepeimpinan Maduro atas keterpilihannya Mei tahun lalu yang dianggap curang.
Ketegangan pun semakin meningkat saat Guaido mengukuhkan diri sebagai presiden sementara pada 23 Januari. Langkah tersebut membuat negara-negara dunia terpecah. Langkah Guaido didukung oleh AS, Kanada, Amerika Latin dan beberapa negara Eropa. Sementara, Rusia, Turki, Cina, Bolivia dan Meksiko cenderung mengakui Maduro.
Maduro sejauh ini menolak untuk mengizinkan truk berisi bantuan asing yang ia nilai sebagai konspirasi yang dirancang guna membuat negara tidak stabil. "Paket bantuan memang sangat bagus di luar, tetapi di dalam, itu membawa racun penghinaan," kata Maduro.
"Paket itu berusaha menutupi kejahatan mencuri sumber daya melalui blokade dan sanksi pemerinthan AS terhadap Venezuela," kata dia.
Di tengah pergulatan politik Venezuela, Hakim Mahkamah Agung Venezuela Juan Mendoza menuduh Guaido mencoba merebut kekuasaan presidensial. Mendoza mencatat bahwa konstitusi negara tidak memasukkan ketentuan apa pun untuk membentuk pemerintahan 'transisi'.
Mendoza menegaskan kembali bahwa Maduro telah terpilih kembali dengan suara 67,8 persen dalam pemilihan tahun lalu.