REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido ingin memulihkan hubungan negaranya dengan Israel. Caracas diketahui telah 10 tahun tak menjalin hubungan dengan Tel Aviv sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina.
"Saya sangat senang melaporkan bahwa proses menstabilkan hubungan dengan Israel sedang mencapai puncaknya," kata Guaido saat diwawancara surat kabar Israel Hayom pada Selasa (12/2), dikutip laman Aljazirah.
Menurut Guaido, setelah memulihkan hubungan, Venezuela siap mengumumkan penunjukan duta besar untuk Israel. "Dan kami sangat berharap seorang utusan akan datang ke sini dari Israel," ujarnya.
Tak hanya itu, Guaido mengaku sedang mempertimbangkan pemindahan kedutaan besar Venezuela untuk Israel ke Yerusalem.
Baca juga, Ikut Jejak AS, Israel Akui Guaido Sebagai Presiden Venezuela.
Pernyataan Guaido menandai perubahan tajam dalam kebijakan luar negeri Venezuela, khususnya terkait konflik Palestina-Israel. Sebab negara tersebut mendukung solusi dua negara.
Guaido diketahui telah mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara Venezuela pada 23 Januari lalu. Hal itu dia lakukan berbarengan dengan aksi demonstrasi ratusan ribu warga Venezuela yang menuntut Presiden Nicolas Maduro mundur dari jabatannya.
Amerika Serikat (AS) kemudian mengakui kepemimpinan Guaido. Langkah AS segera diikuti Israel dan Australia. Venezuela memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel pada 2008-2009, tepatnya pada masa pemerintahan Hugo Chavez. Langkah itu diambil setelah Israel menggempur Gaza dan menyebabkan lebih dari 1.400 warga Palestina tewas.
Pada rapat umum 2010, Chavez sempat menuding Israel membiayai oposisi untuk menentangnya. "Bahkan ada kelompok teroris Israel, dari Mossad (badan intelijen Israel), yang memburu saya untuk membunuh saya," kata Chavez kala itu.