REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON— Badan legislatif Amerika Serikat (AS) House of Representative yang dipimpin Demokrat menyepakati resolusi yang akan mengakhiri dukungan AS kepada koalisi Arab Saudi di perang Yaman.
Banyak anggota legislatif AS yang mendorong Presiden Donald Trump mempertegas kebijakannya terhadap Kerajaan Arab Saudi.
Keputusan yang didukung 248 suara melawan 177 itu, tidak cukup kuat untuk memastikan AS menghentikan dukungan mereka.
Terutama ada kemungkinan untuk pertama kalinya Trump menggunakan hak veto terhadap resolusi itu.
Hanya 18 anggota Partai Republik yang bergabung dengan 230 anggota partai Demokrat mendukung resolusi yang bertujuan untuk menghentikan militer AS menghancurkan Yaman.
Termasuk memberikan bahan bakar pesawat tempur yang digunakan untuk menyerang warga sipil di negara yang mengalami krisis kemanusiaan tersebut.
Partai Demokrat dan Republik mengajukan resolusi itu dua pekan lalu. Resolusi yang bertujuan untuk mengirim pesan kuat kepada Arab Saudi tentang bencana kemanusiaan di Yaman dan mengutuk pembunuhan wartawan Saudi, Jamal Khashoggi.
"Ini kesempatan mereka untuk mengirimkan pesan kepada Arab Saudi bahwa perilaku mereka dalam pembunuhan Khashogi dan pengabaian mereka yang terang-terangan terhadap hak asasi manusia tidak konsisten dengan cara Amerika dan tidak sesuai dengan nilai-nilai Amerika," kata anggota House of Representative, Ro Khana, seperti dilansir di the New York Times, Kamis (14/2).
Perang di Yaman yang sudah berlangsung selama empat tahun telah membunuh ribuan orang, menghancurkan ekonomi negara termiskin di Arab itu dan membuat jutaan orang terancam kelaparan.
Pemerintahan Trump dan beberapa anggota Kongres dari partai Republik mengatakan resolusi itu tidak pantas sebab pasukan AS menyediakan bahan bakar untuk pesawat tempur dan dukungan lain dalam perang Yaman tapi tidak mengirimkan pasukan.
Resolusi ini juga dikhawatirkan akan merusak hubungan AS dengan sekutu-sekutu mereka di Timur Tengah dan menghambat AS untuk mencegah kekerasan ekstrem.
Sementara itu Senat AS diharapkan sudah melakukan pemungutan suara tentang resolusi ini dalam 30 hari kedepan. Dalam versi sebelumnya pada Desember lalu resolusi ini diloloskan Senat dengan perbadingan suara 56-41.
Namun House of Representative yang saat itu masih dikuasai Partai Republik tidak melakukan pemungutan suara. Akhirnya setelah partai Demokrat menguasai House of Representative pada 3 Januari lalu resolusi ini kembali dibahas.
Di Yaman, AS mendukung koalisi yang dipimpin Arab Saudi melawan pasukan Houthi yang didukung Iran.
AS memberikan bahan bakar pesawat tempur, menyediakan informasi intelijen dan membantu menentukan sasaran serangan.
Pemungutan suara Senat pada Desember lalu pertama kalinya Kongres mendukung penarikan pasukan AS dari keterlibatan militer di bawah Undang-undang Kekuatan Perang.
Undang-undang yang diloloskan pada 1973 itu membatasi kemampuan presiden untuk mengerahkan kekuatan militer yang dapat menciptakan permusuhan tanpa persetujuan Kongres.
Sejak perang Vietnam undang-undang jarang sekali digunakan anggota parlemen AS. Karena mereka tidak mau mengintervensi urusan politik yang sensitif seperti perang, perdamaian dan dukungan dengan mengirimkan pasukan. Tapi perang Yaman terbukti berbeda.
Para senator yang mensponsori resolusi ini diminta untuk bertindak cepat segera melakukan pemungutan suara. Karena anggota Kongres dari dua partai sepakat AS harus merespons peran Arab Saudi dalam pembunuhan Khashoggi yang bermukim di Virginia.
Senator dari Partai Demokrat Christopher S. Murphy yang ikut mensponsori resolusi ini berjanji Senat akan menggelar pemungutan suara dalam 30 hari ke depan.
Gedung Putih sudah mengatakan akan memblokir resolusi. Menurut Gedung Putih premis dari resolusi ini catat karena AS tidak mengirimkan pasukan.
Tapi para staf Senat yang terlibat dalam rancangan resolusi ini percaya diri resolusi ini akan lolos. Walaupun belum diketahui apakah resolusi ini mendapat dukungan yang sama dari Partai Republik seperti Desember lalu.
Beberapa anggota Partai Republik sadar akan memalukan jika resolusi ini diveto Trump, mereka sedang mencari cara lain untuk menunjukan ketidaksenangan mereka atas bantuan AS ke Arab Saudi.