REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan menteri luar negerinya melakukan pertemuan rahasia dengan utusan khusus Amerika Serikat (AS) di New York. Pernyataan ini mengejutkan mengingat Presiden AS Donald Trump secara terbuka mendukung oposisi Maduro.
Maduro mengkritik sikap konfrontatif Donald Trump terhadap pemerintah sosialisnya. Tapi ia juga berharap dapat bertemu presiden AS tersebut agar bisa menyelesaikan krisis terkait pengakuan AS terhadap Juan Guaido sebagai kepala negara Venezuela.
Maduro mengatakan saat berada di New York menteri luar negerinya mengundang Utusan Khusus AS untuk Venezuela Elliott Abrams untuk datang ke Venezuela baik secara terbuka atau rahasia. "Jika ia ingin bertemu, beritahu saya kapan, dimana dan bagaimana caranya dan saya akan akan ada di sana," kata Maduro, Jumat (15/2).
Maduro menambahkan pertemuan antara menteri luar negeri Venezuela dengan Abrams berlangsung selama beberapa jam. Pejabat senior pemerintah Trump mengatakan AS siap bertemu dengan 'mantan pemerintah Venezuela'.
"Termasuk Maduro, untuk membahas bagaimana mereka keluar (dari pemerintahan)," kata pejabat yang tidak disebutkan namanya tersebut.
AS yang ingin Maduro mundur dari jabatannya. Washington dan sekutunya di Amerika Latin menganggap Maduro mencurangi pemilihan umum.
Pada 23 Januari lalu ketua badan legislatif Venezuela National Assembly Juan Guaido mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara. Guaido mengatakan ia memiliki hak konstitusi untuk mengambil alih kekuasan dari Maduro yang 'tiran'.
Sejak saat itu ia berhasil mengumpulkan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat dan mendorong mereka untuk melakukan unjuk rasa besar-besaran. Guaido juga mendapat dukungan dari AS, negara-negara Amerika Latin dan Eropa yang memiliki tujuan yang sama untuk menyingkirkan Maduro.
Krisis yang dilatar belakangi gejolak ekonomi dan sosial ini mengakibatkan kelaparan dan menipisnya bersedian obat-obatan. Memaksa jutaan orang mengungsi dari negara anggota OPEC tersebut.
Dua pejabat Venezuela yang tidak berwenang membahas pertemuan ini membenarkan pernyataan Maduro. Mereka mengatakan Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza dan Elliot Abrams sudah dua kali bertemu. Kedua pertemuan tersebut atas permintaan AS.
Pertemuan pertama berlangsung pada 26 Januari lalu. Dalam pertemuan itu AS mengancam akan mengerahkan pasukan dan menghukum pemerintah Venezuela karena diduga bersekutu dengan Kuba, Rusia dan Hizbollah.
Mereka bertemu lagi pada 11 Febuari, atmosfir pertemuan kedua tidak setegang yang pertama. Walaupun empat hari sebelum pertemuan kedua tersebut Abrams memberikan pernyataan yang mengancam. "Masa dialog dengan Maduro sudah lama berlalu," katanya.
Dalam pertemuan tersebut dikatakan Abrams bersikeras sanksi AS akan menggulingkan Maduro. Abrams tidak mengisyaratkan AS akan meredakan tuntutan mereka.
Tapi pemerintah Venezuela menganggap pertemuan-pertemuan ini menjadi tanda adanya ruang diskusi dengan AS walaupun secara terbuka AS menyerang mereka dengan keras. Maduro mengatakan yang dibutuhkan Venezuela untuk bangkit kembali adalah Trump melepaskan intervensinya ke negara yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia ini. "Tangan Donald Trump yang menginfeksi melukai Venezuela," kata Maduro.