Senin 18 Feb 2019 11:32 WIB

Sewa Detektif Lokal, Cina Kejar Aset Warganya di Australia

Sejumlah mantan aparat Australia diminta terlibat dalam operasi Project Dragon ini.

Red:
abc news
abc news

Cina diketahui merekrut sejumlah mantan detektif polisi di Australia dan negara Barat lainnya untuk memulihkan aset senilai jutaan dolar yang diduga dilarikan dari negara itu.

Program TV ABC Four Corners mengungkap, sejumlah mantan aparat Australia diminta oleh pihak ketiga di Hong Kong untuk mengejar aset-aset itu melalui operasi "Project Dragon".

Misinya untuk menyita hasil kejahatan dari Cina yang ditransfer ke luar negeri. Bisa pula berupa dana resmi yang diduga dilarikan secara ilegal ke Kanada, Amerika Serikat dan Australia.

Four Corners mendapatkan bukti yang menunjukkan bahwa aset atau dana ilegal yang berhasil dipulihkan harus dikembalikan ke Cina. Para detektif dan operator yang disewa kemudian mendapatkan komisi.

Dua mantan polisi di Gold Coast, Austin Whittaker dan Jason McFetridge, yang bekerja untuk Project Dragon, menjelaskan strategi yang mereka jalankan cukup sederhana.

Austin Whittaker adalah mantan penyidik ​​Kepolisian NSW, analis intelijen dan komando Angkatan Darat Australia. Rekannya Jason McFetridge adalah mantan detektif Selandia Baru yang sekarang bekerja sebagai detektif swasta di Gold Coast.

Dalam operasinya, katanya, mereka berusaha menemui pemilik suatu aset dan menjelaskan bahwa mereka bekerja untuk pihak berwajib Cina.

"Kami bisa menjual aset itu, memulihkan kerugian dan mengembalikan uangnya ke Cina. Semua pihak senang," kata McFetridge.

Mereka mengidentifikasi adanya aset properti senilai 80 juta dolar Australia (sekitar Rp 800 miliar) di Gold Coast yang mereka duga sebagai hasil pencucian uang oleh warga Cina.

Aset-aset ini, katanya, umumnya terletak di kawasan mewah di tepi pantai daerah tujuan wisata Australia itu dan dalam kondisi kosong.

Kedua mantan polisi mengaku bekerja dalam koridor hukum yang berlaku di Australia.

"Sebelum bertindak, kami mendapatkan nasihat hukum untuk memastikan berada dalam batas-batas hukum," kata McFetridge.

Dalam kasus pertama yang ditanganinya, mereka menghadapi gugatan dari pemilik aset. Mahkamah Agung Australia menjatuhkan putusan yang mencegah McFetridge menjual aset bersangkutan.

Meski kalah dalam kasus ini, McFetridge dan Whittaker mengaku kliennya meminta agar untuk terus mengejarnya.

Pakar anti pencucian uang yang juga mantan menyidik Scotland Yard, Neil Jeans, menyebutkan upaya pihak berwajib Cina menggunakan konsultan swasta seperti ini baru pertama kalinya terjadi.

"Mereka harus sangat hati-hati. Salah satu tantangannya yaitu mereka harus bergerak di ruang yang amat sangat sempit," katanya.

Kedua detektif Australia itu sendiri menolak tudingan bahwa mereka menjalankan perintah dari negara asing. "Kami tak bekerja secara langsung untuk Pemerintah Cina," ujar Whittaker.

Pemerintah Cina, katanya, menjalin kemitraan dengan pihak swasta, yang diberi mandat untuk mengejar uang yang dilarikan keluar dari Cina.

Dikatakan, mereka hanya terlibat dengan perusahaan pihak ketiga tersebut di Hong Kong.

"Agendanya yaitu membantu menghentikan arus uang keluar dari perekonomian mereka," jelasnya.

Mantan perwira intel pada kepolisian Kanada Bill Majcher juga terlibat dalam Project Dragon. Dia kini bekerja sebagai pimpinan EMIDR, sebuah perusahaan pemulihan aset yang berbasis di Hong Kong.

"Sepanjang klaimnya sah dan kita melakukannya secara sah dan benar, saya bisa disewa oleh perusahaan besar atau pemerintah mendapatkan kembali apa yang menjadi hak mereka," katanya.

Majcher berhati-hati ketika menggambarkan perannya dalam membantu Kementerian Keamanan Publik Cina.

Dia mengaku berhubungan dengan entitas yang terkait otoritas kepolisian di Cina. "Mandat mereka difokuskan pada kejahatan ekonomi, kejahatan keuangan, pencucian uang," katanya.

Sebelumnya di tahun 2015, Cina juga pernah menggelar Operation Sky Net yang bertujuan memulihkan dana dan menangkap para buron internasional, termasuk pejabat korup.

Majcher memperkirakan bisnis yang dijalankannya dalam pemulihan aset untuk Cina akan marak.

Simak berita selengkapnya dalam Bahasa Inggris di sini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement