Senin 18 Feb 2019 11:11 WIB

Sistem Komputer Partai Politik Australia Diretas Asing

Badan keamanan siber sebuah pemerintahan asing yang melakukan tindak peretasan itu.

Red:
abc news
abc news

Pemerintah Australia mengakui bahwa sistem komputer partai-partai politik utama telah menjadi sasaran peretasan oleh pemerintah asing yang menyerang sistem komputer di gedung Parlemen Australia.

Namun Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan penyelidikan mengenai peretasan yang terjadi baru-baru ini tidak menemukan adanya usaha mempengaruhi pemilihan umum.

PM Morrison mengukuhkan laporan sebelumnya yang diungkapkan oleh ABC< bahwa sebuah badan keamanan siber sebuah pemerintahan asing yang melakukan tindak peretasan tersebut.

"Para pakar siber kita memperkirakan bahwa ada aktor canggih asal sebuah negara yang bertanggung jawab atas peretasan tersebut." kata PM Morrison dalam sidang parlemen hari Senin (18/2/2019).

"Namun yang jelas tidak ada bukti peretasan berkenaan dengan pemilu."

"Kami sudah membuat beberapa langkah untuk memastikan integritas sistem pemilihan umum kita."

Dampak peretasan ini terhadap partai-partai politik baru ditemukan ketika adanya penyelidikan mengenai peretasan sistem komputer Gedungh Parlemen tanggal 8 Februari lalu.

Seorang juru bicara Partai Liberal mengatakan mereka 'bekerjasama erat dengan badan keamanan dalam masalah ini."

Para politis dan staf mereka tidak bisa mengakses email mereka, karena badan keamanan mengubah kata sandi (password) ketika peretasan itu ditemukan.

Para menteri dan kantor mereka tidak terpengaruh karena mereka menggunakan sistem yang berbeda.

Badan-badan keamanan di Australia segera berusaha melakukan penyelidikan apakah China berada di belakang usaha peretasan tersebut, namun Perdana Menteri Morrison menolak untuk menjelaskan lokasi asal para peretas tersebut.

Lihat berita dalam bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement