REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, memperingatkan Venezuela bahwa sanksi kepada negara tersebut dapat dikenakan kapan saja. Pernyataan tersebut disampaikan menyusul adanya penolakan Venezuela terhadap enam anggota Parlemen Eropa yang hendak masuk ke negara itu.
"Suatu keputusan yang mungkin akan diambil kapan saja oleh Uni Eropa untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Venezuela," ujar Mogherini dalam konferensi pers di Brussels, Belgia, dilansir dari Anadolu Agency, Selasa (19/2).
Mogherini juga menyesalkan pihak pemerintah Venezuela di bawah kepemimpinan Nicolas Maduro tidak mengizinkan enam anggota Parlemen Eropa untuk menemui Juan Guaido, pemimpin oposisi di Venezuela. Guaido sebelumnya mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara Venezuela.
Selain itu, Mogherini juga bicara soal kemungkinan adanya sanksi yang dikenakan kepada Rusia. Dia mengatakan, para menteri telah mencapai kesepakatan dan pembahasan terkait sanksi pada Rusia akan segera selesai.
Sebelumnya, anggota Parlemen Uni Eropa mengaku diusir dari Venezuela tepat saat mereka tiba. Kementerian Luar Negeri Venezuela mengatakan para anggota parlemen Uni Eropa tersebut berencana membuat konspirasi di negara mereka.
"Hati-hati! paspor kami diambil dan kami diusir dari Venezuela. Perlakuan buruk dan satu-satunya penjelasan atas hal ini (Presiden Nicolas) Maduro tidak mau kami berada di sana," kata salah satu Anggota Parlemen Uni Eropa Gonzalez Pons di media sosial Twitter seperti dilansir di Sputnik, Senin (19/2).
Pons menuturkan, jika pengusiran terjadi maka berarti pilihannya sudah final dan Uni Eropa harus menarik diri dari Contact Group. Sebelumnya, Uni Eropa membentuk Contact Group dengan negara-negara Amerika Latin untuk mencari solusi damai dalam krisis Venezuela.
Venezuela pun menanggapi pernyataan tersebut. Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza mengatakan tidak akan membiarkan segala tindakan provokatif di Venezuela. Ia menyampaikan, otoritas Venezuela telah mendapat notifikasi soal kedatangan sekelompok anggota parlemen Uni Eropa ke negaranya dengan tujuan berkonspirasi.
"Tentunya ini tidak dapat diterima. Mereka diminta untuk menghindari provokasi," kata Arreava.