REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemunculan video Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pernah mengguncang dunia. Hal itu lantaran video tersebut memperlihatkan kekejaman yang dilakukan oleh para milisi ISIS.
Salah satu video paling terkenal di ISIS memperlihatkan tentara Suriah yang tertangkap tengah menggali kuburan mereka sendiri dan kemudian ditembak di kepala.
Video yang dikenal sebagai "Flames of War" yang diunggah pada 19 September 2014 lalu tersebut dibawakan dalam bahasa Inggris. Video itu muncul kurang dari tiga bulan setelah kekhalifahan kelompok ISIS berdiri di tanah Suriah.
Di sejumlah video ISIS, suara yang dibawakan seorang pria dengan lancarnya berbicara bahasa Inggris dengan aksen Amerika Utara. Ia juga berupaya mengajak orang yang berbahasa Inggris lainnya mempelajari ideologi ISIS.
Lebih dari empat tahun lalu, Biro Investigasi Federal mengimbau masyarakat untuk membantu mengidentifikasi narator di salah satu video paling terkenal ISIS.
Kini, seorang warga negara Kanada berusia 35 tahun mengaku bahwa ia adalah narator anonim di balik sejumlah video ISIS berbahasa Inggris. Mohammed Khalifa, namanya, lahir di Jeddah, Arab Saudi, dari orang tua keturunan Ethiopia.
Khalifa pernah belajar dan memperoleh diploma dalam teknologi sistem komputer di sebuah perguruan tinggi di Toronto, Seneca College. Ia juga pernah bekerja di bidang teknologi informasi di sebuah perusahaan yang dikontrak IBM, termasuk Kelly Services.
Melalui telepon, Kelly Services yang merupakan kontraktor IBM mengkonfirmasi bahwa Khalifa pernah dikontrak perusahaan dari Mei 2009 hingga April 2010 di Markham, Ontario, Kanada.
Khalifa ditangkap di Suriah pada Januari lalu oleh seorang milisi yang didukung Amerika.
Dalam wawancara pertamanya, Khalifa menggambarkan dirinya sebagai pegawai yang melakukan tugas operasional dari Departemen Media ISIS.
Ia betanggung jawab untuk mempublikasikan rekaman brutal, seperti pemenggalan wartawan Amerika James Foley dan pembakaran pilot Yordania.
"Tidak, saya tidak menyesalinya. Saya ditanya hal sama oleh interogator saya, dan saya mengatakan hal yang sama kepada mereka," kata Khalifa dari sebuah penjara di timur laut Suriah kepada The New York Times, seperti dilansir pada Selasa (19/2).
Kepada media AS tersebut, lelaki kurus dan bertubuh kecil itu mengatakan, ia berimigrasi sejak kecil dari Arab Saudi ke Toronto. Di Kanada, ia belajar berbicara seperti halnya penduduk asli negara itu.
Ia mengatakan, dirinya telah mempelajari teknologi sistem komputer dan bekerja untuk perusahaan kontraktor sebelum berangkat ke Suriah. Khalifa mengaku tertarik terjun ke medan perang setelah menonton video di YouTube.
Pada 2013, Khalifa mengungkapkan ia mendengarkan ceramah daring propagandis Alqaeda, Anwar al-Awlaki. Mereka meyakinkannya tentang perlunya jihad.
Lebih lanjut, Khalifa menuturkan dia menyeberang ke Suriah pada 2013. Awalnya, ia bergabung dengan Brigade Muhajireen wal Ansar yang dipimpin oleh Omar al-Shishani, seorang militan Georgia yang kemudian menjadi menteri perang ISIS.
Kehancuran di Aleppo, Suriah.
Brigade itu berjanji setia kepada ISIS pada akhir 2013. Sebelum kekhalifahan diumumkan pada 2014, Khalifa mengatakan bahwa ia telah mulai bekerja untuk kementerian media kelompok itu, yang merupakan bagian paling penting dari ISIS.
Sebelum bekerja sebagai narator, Khalifa menuturkan ia awalnya dipekerjakan sebagai penerjemah. Ia membantu membuat salinan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Inggris.
Saat diwawancara selama dua menit di televisi setelah ditangkap oleh Pasukan Demokrat Suriah, Khalifa mengakui dirinya sebagai pejuang ISIS dan mengungkapkan bahwa namanya adalah Mohammed Abdullah Mohammed. Nama tersebut mengikuti penamaan Arab dengan nama depannya diikuti nama ayah dan kakeknya.
Khalifa mengaku menyerang milisi Kurdi setempat. Tetapi, ia tidak menyebutkan perannya sebagai narator.
Awalnya, Khalifa sempat membantah perannya sebagai narator. Namun, cukup bagi analis untuk mengenali suaranya sebagai narator dari pernyataan singkatnya tersebut.
Khalifa kini berada di antara ratusan pejuang ISIS dari sekitar 50 negara yang dikurung di penjara di Suriah utara. Ribuan istri dan anak-anak mereka ditahan di kamp-kamp penahanan.
Mereka bebas bergerak di tenda-tenda itu, tetapi tidak bisa pergi dari sana. Khalifa mengaku ia telah menikah di kekhalifahan dan memiliki dua anak. Namun, tidak jelas di mana keberadaan mereka sekarang. Sebulan setelah penangkapannya, Khalifa tidak dipedulikan pemerintah Kanada.
Dia mengatakan dia belum menerima kunjungan dari otoritas Kanada atau ditawari bantuan konsuler. Royal Canadian Mounted Police enggan mengomentari penahanannya. Begitu pula kementerian luar negeri Kanada dan F.B.I. juga menolak berkomentar.
Untuk membuktikan klaim Khalifa, The Times meminta tiga pakar audio-forensik untuk membandingkan suara anonim di video 'Flames of War' dengan pernyataan Khalifa yang disiarkan di Suriah tidak lama setelah penangkapannya.
Meski analisis seperti itu tidak mudah, namun ketiga ahli tersebut menyimpulkan kemungkinan besar Khalifa memang narator video ISIS.
Catalin Grigoras dan Jeff M. Smith menulis dalam sebuah laporan, bahwa Khalifa 134 kali lebih mungkin merupakan sosok pembicara yang tidak dikenal itu. Keduanya adalah spesialis audio forensik di Pusat Nasional Media Forensik Universitas Colorado.
Seorang ahli pengenalan suara di Montana State University di Bozeman, Robert C. Maher, menciptakan sebuah spektogram yang membandingkan pelafalan kata-kata tertentu dalam dua klip audio.
Ia menyimpulkan bahwa nada bicara, nada irama, dan pengucapan adalah sama dalam contoh-contoh ini. Belakangan, seorang pejabat Amerika Serikat memberikan pengarahan tentang masalah tersebut kepada The Times bahwa Khalifa memang narator video ISIS.