REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Menteri Informasi Yaman Muammar Al-Iryani mengatakan kelompok milisi Houthi telah merebut dan mengambil alih rumah mendiang presiden Palestina Yasser Arafat di Ibu Kota Yaman, Sanaa. Tak hanya itu, Houthi juga memasuki beberapa markas organisasi yang mendukung perjuangan Palestina di kota tersebut.
Al-Iryani mengatakan, Houthi sebenarnya tidak memiliki perhatian terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina. "Untuk milisi (Houthi), perjuangan Palestina adalah bahan propaganda yang digunakan untuk mengekploitasi orang-orang polos, menggunakan slogan-slogan seperti Yerusalem dan menolak normalisasi hubungan (dengan Israel)," kata Al-Iryani melalui akun Twitter pribadinya pada Selasa (19/2), dikutip laman Middle East Monitor.
Menurut dia, milisi Houthi memang sengaja menggunakan slogan-slogan yang terkait dengan perjuangan Palestina untuk menarik warga Yaman menjadi simpatisan atau pendukungnya. Setelah termakan propaganda, Houthi akan memanfaatkan orang-orang itu untuk terlibat dalam pertempuran yang melayani proyek reaksioner mereka.
Warga Yaman yang simpati dengan Houthi.
Yasser Arafat adalah seorang negarawan Palestina. Ia merupakan ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang pernah menjabat sebagai presiden Otoritas Nasional Palestina (PNA). Arafat juga diketahui pemimpin partai politik dan mantan pasukan milisi Fatah.
Arafat dikenal karena sikapnya yang keras menentang pendudukan Israel atas Palestina. Wataknya mulai melunak pada 1988, yakni ketika menerima Resolusi 242 Dewan Keamanan PBB.
Arafat terlibat dalam serangkaian perundingan dengan Israel guna mengakhiri konflik bersenjata yang berlangsung selama satu dekade. Perundingan tersebut antara lain Konferensi Madrid 1991, Perjanjian Oslo, dan pertemuan di Camp David pada 2000.
Mayoritas rakyat Palestina melihat sosok Arafat sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang heroik. Dia pun dianggap sebagai martir yang menyimbolkan jeritan hati rakyat Palestina.