REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Kebakaran kembali terjadi di gedung apartemen tempat penyimpanan bahan kimia di ibu kota Bangladesh, Kamis (21/2) yang menyababkan belasan orang tewas. Kebakaran dan keruntuhan bangunan merupakan hal biasa di negara tersebut, terutama di industri garmen yang bernilai miliaran dolar.
Pasalnya, di sana peraturan bangunan lemah dan bahan mudah menguap. Bangunan seringkali tidak dipelihara dengan baik.
Ada beberapa insiden terburuk di Bangladesh, seperti dikutip Aljazirah, Jumat, (22/2). Salah satunya yakni runtuhnya Rana Plaza pada April 2013 yang sedikitnya menewaskan 1.130 orang.
Peristiwa tersebut menjadi salah satu tragedi industri terburuk di dunia. Pasalnya, 2.000 orang lainnya pun terluka dalam bencana itu. Banyak orang menyoroti kejadian tersebut merupakan kegagalan banyak merek fashion Barat untuk melindungi para pekerjanya di negara-negara berkembang tempat barang mereka diproduksi.
Pada 2016, pengadilan memerintahkan 38 orang termasuk pemilik Rana Plaza yakni Sohel Rana untuk diadili. Pasalnya, peristiwa itu terjadi karena pernyataan keliru mengenai keamanan pabrik.
Insiden selanjutnya yakni kebakaran industri kimia di Dhaka. Kebakaran yang terjadi pada Juni 2010 tersebut dianggap paling mematikan di Bangladesh sebab menewaskan 117 orang. Kabarnya api dipicu oleh gudang bahan kimia, kemudian menghancurkan beberapa gedung apartemen bertingkat serta menghancurkan sejumlah toko kecil.
Berikutnya, kebakaran pabrik garmen sembilan lantai di dekat Dhaka juga pernah terjadi pada November 2012. Insiden itu menewaskan 111 pekerja.
Dari hasil investigasi kemudian menemukan, peristiwa terjadi akibat sabotase. Manajer pabriknya pun diketahui melarang korban melarikan diri.