Jumat 22 Feb 2019 14:38 WIB

Turki Tahan 295 Tentara Terkait Gulen

Turki menuding kelompok Gulen berada di balik kudeta gagal pada 2016.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Fethullah Gulen (Ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Fethullah Gulen (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Otoritas Turki kembali menahan orang-orang yang diduga memiliki koneksi dengan organisasi terlarang Fethullah Gullen (FETO). Kali ini Turki memerintahkan penahanan 295 tentara.

Kantor kejaksaan Turki mengatakan, tentara yang menghadapi penahanan termasuk tiga kolonel, delapan mayor dan 10 letnan. Setengah dari tersangka merupakan tentara angkatan darat. Sementara sisanya termasuk pasukan militer dari angkatan laut dan udara.

Baca Juga

Kantor kejaksaan mengatakan, polisi Turki melancarkan operasi penahanan serentak pada Jumat (21/2) pukul 01:00 dini hari. Hingga berita ini diterbitkan oleh kantor berita Reuters, belum jelas berapa banyak jumlah pasti tersangka yang telah ditahan.

Pada 2016, sekitar 250 orang tewas dan 2.200 orang terluka dalam kudeta gagal. Gulen, mantan sekutu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, membantah terlibat. Gulen kini masih hidup di pengasingan di Pennsylvania, AS, sejak 1999.

Ankara menuduh FETO berada di balik kampanye jangka panjang untuk menggulingkan negara melalui infiltrasi polisi, militer, dan pengadilan.

Lebih dari 77 ribu orang dipenjara sambil menunggu persidangan. Akhir-akhir ini pun penangkapan dilakukan lebih intens. Pihak berwenang telah menangguhkan atau memecat 150 ribu pegawai negeri dan personel militer terkait hubungan dengan Gulen.

Otoritas Turki memerintahkan penangkapan 1.112 orang atas dugaan memiliki koneksi ke FETO pada pertengahan Februari. Sekutu Barat Turki mengkritik tindakan keras itu. Barat menuduh Erdogan menggunakan kudeta sebagai alasan untuk meredam perbedaan pendapat. Sementara pihak berwenang Turki mengatakan, langkah-langkah itu diperlukan untuk memerangi ancaman terhadap keamanan nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement