REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Pasukan keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan ratusan pengunjuk rasa. Sebelumnya, pengunjuk rasa berpawai dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah setelah shalat Jumat di masjid besar dekat Khartoum, ibu kota Sudan, kata para saksi mata.
Demonstrasi di kota Omdurman di luar Masjid Al-Sayed Abd al-Rahman al-Mahdi, yang terkait dengan partai Umma yang beroposisi, merupakan aksi unjuk rasa terbaru. Protes demi protes berlangsung hampir tiap hari di Sudan sejak 19 Desember 2018.
Para pemerotes meneriakkan "revolusi adalah pilihan rakyat" dan jatuhlah, itulah" untuk menyuarakan satu-satunya tuntutan mereka adalah berakhirnya pemerintahan Presiden Omar al-Bashir. Demonstrasi-demonstrasi dipicu oleh kenaikan harga dan kekurangan uang tunai tetapi berkembang menjadi penentangan kepada Bashir sejak ia naik ke tampuk kekuasaan tiga dekade lalu.
Para pegiat mengatakan hampir 60 orang tewas dalam aksi-aksi unjuk rasa selama dua bulan. Pihak berwenang mengatakan jumlah korban tewas mencapai 32, termasuk tiga personel keamanan.
Pasukan keamanan menggunakan gas air mata dan peluru tajam untuk membubarkan para pengunjuk rasa. Mereka juga telah menangkap orang-orang termasuk para anggota partai oposisi, pegiat dan wartawan.