Senin 25 Feb 2019 08:50 WIB

Puluhan Orang Tewas dalam Kekerasan Pemilu di Nigeria

Pemilu kali ini diyakini akan menjadi yang terketat sejak berakhirnya rezim militer.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Teguh Firmansyah
Pemilu Nigeria
Foto: AP
Pemilu Nigeria

REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Sebanyak 39 orang tewas dalam kekerasan pemilihan di Nigeria. Hal tersebut disampaikan Kelompok masyarakat sipil pada Ahad (24/2), ketika negara itu menunggu hasil pemungutan suara. Diperkirakan ini akan menjadi pemilihan paling ketat sejak berakhirnya pemerintahan militer di Nigeria pada 1999.

Situation Room yang mewakili lebih dari 70 kelompok masyarakat sipil, memaparkan data korban tewas sehari setelah pemungutan suara. Mereka mengutip data dari konsultasi yang berbasis di Lagos, SBM Intelligence.  Pihak berwenang bersiap untuk kemungkinan kerusuhan lebih lanjut, setelah hasil pemilu muncul akhir pekan ini.

Baca Juga

Wakil Inspektur Jenderal Polisi, Abdulmajid Ali mengatakan, polisi masih mengumpulkan informasi, dan tidak dapat memberikan angka tentang korban. Ia mengatakan, kekerasan paling besar terjadi di negara bagian selatan Rivers dan Akwa Ibom.

Kepolisian Nigeria menyatakan, 128 orang telah ditangkap secara nasional karena pelanggaran terkait pemilihan termasuk pembunuhan, pencurian kotak suara dan penipuan suara. Sebanyak 38 senjata, dan cache bahan peledak juga ditemukan.

Situation Room menyebutkan insiden terburuk terjadi di Abonnema di Rivers State, sekitar 14 kilometer barat kota industri minyak utama Port Harcourt. Di sana militer mengatakan tujuh orang tewas dalam tembak-menembak antara geng yang tidak dikenal dan tentara Nigeria.

Pemilu ini akan menjadi pertarungan antara pejawat Presiden Muhammadu Buhari (76 tahun)  seorang mantan penguasa militer menghadapi Atiku Abubakar (72 tahun). Pesaing Buhari adalah seorang pengusaha dan mantan wakil presiden yang telah berjanji untuk memperluas peran sektor swasta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement