REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz menyerukan dunia internasional bersatu dalam menghadapi ancaman Iran. Dia menilai, dukungan Teheran terhadap beberapa kelompok milisi di Timur Tengah dan sepak terjangnya dalam mengintervensi urusan domestik negara lain membutuhkan ketegasan sikap internasional.
Raja Salman secara khusus menyinggung konflik Yaman. Dia menuding dukungan Iran terhadap kelompok pemberontak Houthi telah melemahkan upaya perdamaian di negara tersebut.
"Kerajaan (Saudi) telah melakukan upaya besar untuk memastikan keberhasilan negosiasi Swedia dan menyerukan implementasi apa yang telah disepakati dalam pembicaraan itu serta meminta milisi teroris yang didukung Iran bertanggung jawab atas situasi di Yaman," ujar Raja Salman saat menghadiri KTT Liga Arab-Uni Eropa di resor Laut Merah Sharm el-Sheikh di Mesir, Ahad (24/2), dikutip laman Al Arabiya.
Raja Salman menekankan pentingnya solusi politik untuk krisis Yaman berdasarkan inisiatif Teluk, hasil dialog nasional Yaman, dan resolusi 2216 Dewan Keamanan PBB. Selain perihal konflik Yaman, dia pun mengemukakan isu terorisme.
Menurutnya, Saudi, sama seperti banyak negara lainnya, telah menderita akibat jaringan dan aksi teror. Riyadh telah melakukan upaya-upaya dalam rangka memberantas terorisme, seperti menguras sumber daya keuangan kelompok teror dan menjalin kerja sama untuk menindak pendanaan teror.
Isu pengungsi dan migran juga diungkapkan oleh Raja Salman. Gelombang pengungsi yang terjadi akibat perang dan konflik memang harus menjadi perhatian bersama. Raja Salman menilai hal itu tetap menjadi masalah kemanusiaan yang mendesak.
"Kami berharap KTT ini akan membantu menemukan solusi bagi mereka (para pengungsi)," kata Raja Salman seraya menambahkan bahwa Saudi telah menyumbang dana lebih dari 35 miliar dolar AS kepada lebih dari 80 negara di bidang kemanusiaan, amal, dan pembangunan.
KTT Liga Arab-Uni Eropa menjadi yang perdana diselenggarakan. Kegiatan tersebut dihadiri perwakilan dari 50 negara. Adapun topik pembahasan yakni isu-isu yang menjadi kepentingan bersama, seperti penanggulangan terorisme, penanganan pengungsi, migrasi, kerja sama strategis, dan lainnya.