REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Otoritas Brasil akan menyelidiki kemungkinan korupsi perusahaan tambang Vale SA karena diduga menipu dan menyesatkan keamanan bendungannya. Ini menyusul Bendungan Vale yang beberapa waktu lalu runtuh dan menewaskan puluhan orang.
Bloomberg yang pertama kali melaporkan bahwa sekretaris Kementerian Pertambangan dan Energi Brasil Alexandre Vidigal de Oliveira mengatakan, ia telah meminta penyelidikan dibuka untuk mengetahui apakah Vale telah berkolusi dengan auditor yang keliru menggambarkan keselamatan bendungan. "Badan Pertambangan Nasional (ANM) akan memulai penyelidikan," kata juru bicara itu.
Jika terbukti melanggar undang-undang (UU) antikorupsi Brasil 2013, Vale bisa menghadapi ancaman denda hingga 20 persen dari pendapatan kotor 2018 lalu. Pada 2017, perusahaan tersebut melaporkan 109 miliar reais atau sekitar 28,79 miliar dolar AS untuk pendapatan dan laba bersih sebesar 17,6 miliar reais.
Saham Vale kemudian sempat turun sebanyak 5,4 persen setelah laporan itu diterbitkan. Vale mengaku, pihaknya belum diberitahu tentang penyelidikan tersebut. Vale juga membantah tindakannya melanggar UU tersebut. Perusahaan tersebut mengklaim selalu bertindak sesuai hukum.
Sebelumnya, korban tewas akibat runtuhnya bendungan Jumat (25/1) di Brasil tenggara bertambah menjadi 58 orang, Ahad (27/1). Diperkirakan 300 orang terkubur di bawah reruntuhan bangunan dan lumpur. Kemudian awal pekan ini Senat Brasil menyetujui rancangan undang-undang (UU) yang akan memberlakukan serangkaian tindakan untuk memperketat keamanan bendungan.