REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Francis mengatakan akan membuka arsip Vatikan tentang Perang Dunia II era Paus Pius XII. Arsip itu dijadwalkan dapat diakses oleh para peneliti pada 2 Maret 2020.
Paus Francis mengungkapkan, keputusan tersebut dibuat sebagai bukti bahwa Vatikan tidak takut terhadap sejarah kelam Perang Dunia II. Hal itu mengingat Vatikan kerap dituding bungkam atas terjadinya Holocaust, yakni pembantaian jutaan Yahudi oleh Nazi Jerman.
"Gereja tidak takut terhadap sejarah. Sebaliknya, ia menyukainya, dan ingin lebih menyukainya, seperti mencintai Tuhan. Jadi, dengan kepercayaan yang sama dari para pendahulu saya, saya membuka dan mempercayakan kepada para peneliti, warisan dokumentasi ini," kata Paus Francis pada Senin (4/3).
Dengan arsip tersebut, para paneliti dapat meneliti dan mengkaji tindakan Paus Pius XII pada era Perang Dunia II. Hal itu penting dilakukan untuk mengetahui apakah predikat paus layak disandang olehnya.
Sebab cukup banyak kalangan menuding Paus Pius XII menutup mata dan tak mengambil tindakan apa pun saat Holocaust berlangsung. Vatikan telah membela Pius dengan mengatakan dia menggunakan diplomasi di belakang layar untuk mencoba menyelamatkan orang-orang Yahudi di Eropa saat itu.
Paus Francis mengaku yakin kepausan mampu menghadapi temuan-temuan para peneliti setelah menelaah arsip Vatikan era Perang Dunia II. Menurutnya penelitian sejarah akan mengevaluasi warisan Pius dengan kritik yang tepat.
Kendati demikian, Paus Francis menilai era kepausan Pius XII memang terbilang sulit. "Keputusan yang disiksa dari kehati-hatian manusia dan Kristen, yang bagi sebagian orang bisa tampak sebagai sikap diam," katanya.
Pius terpilih sebagai paus pada 2 Maret 1939, enam bulan sebelum Perang Dunia II meletus di Eropa. Dia meninggal pada 9 Oktober 1958 di kediaman musim panas Vatikan di Castel Gandolfo, dekat Roma.
Vatikan biasanya menunggu 70 tahun setelah berakhirnya kepausan untuk membuka arsip yang relevan. Namun Takhta Suci ditekan untuk segera menyediakan arsip dan dokumentasi Pius XII. Hal itu mengingat penyintas Holocaust yang telah meninggal sedikit demi sedikit.
Pada Perang Dunia II, Nazi Jerman disebut telah membunuh sekitar 3 juta Yahudi di Eropa. Namun jumlah itu masih diperdebatkan validitasnya hingga kini.